Kunjungan Vladimir Putin, Presiden Rusia, dan pernyataan-pernyataannya yang realistis berkenaan dengan masalah nuklir Iran, membangkitkan kemarahan kalangan neokonserfatif AS.
George Bush, presiden AS, Rabu kemarin, dalam wawancara dengan para wartawan, tidak bersedia memberikan jawaban tegas atas pertanyaan tentang hasil-hasil kunjungan ini dan pengaruhnya terhadap masalah nujklir Iran. Ia mengatakan, bahwa ia lebih suka untuk berbicara dengan Putin dalam masalah ini.
Dalam wawancara tersebut, Bush mengulangi tuduhan-tuduhannya tentang aktifitas nuklir Iran dengan mengatakan bahwa Tehran tengah berusaha menguasai teknlogi produksi bom nuklir. Ia menambahkan, selama Tehran belum menghentikan pengayaan uraniumnya, Washington akan teguh pada tuduhan-tuduhannya ini.
Koran Wall Street Journal, yang merupakan corong bagi kalangan neokonserfatif AS, dalam Tajuk Rencana edisi Rabunya, menulis, di Iran Presiden Rusia berjanji akan menepati semua janjinya berkenaan dengan reaktor nuklir Bushehr, dan menekankan bahwa tujuan utama Iran ialah mendayagunakan teknologi nuklir sipil.
Koran ini menambahkan, dari senyum dan tawa Putin di Tehran, serta cemberut dan muka masamnya di depan Menlu dan Menhan AS ketika berkunjung ke Moskow, dapat ditarik garis-garis global politik masa depan Rusia.
Sementara itu, Ali Larijani, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, berkenaan dengan kunjungan Putin ke Tehran, berkata, dalam kunjungannya ke Iran, Presiden Rusia memaparkan pandangan-pandangan khususnya kepada para pejabat Iran, yang sebagiannya berkaitan dengan masalah nuklir Iran. Seraya menegaskan kembali penolakan penghentian pengayaan uranium oleh Iran, Larinani mengatakan, hari ini kondisi telah berubah sehingga harus dipaparkan inisiatif-inisiatif baru.
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran menambahkan, untuk menghapus segala macam kekhawatiran yang ada, RII tengah berunding dengan Badan tenaga Atom Internasional (IAEA). Sedangkan malasah AS ialah sikap keras kepalanya yang tidak ingin Iran menguasai teknologi nuklir, meskipun untuk tujuan damai.
Bersamaan dengan pernyataan Larijani ini, Muhammad Khuza’iy, Duta Tetap Iran di PBB, dalam sidang komisi satu Majlis Umum PBB tentang perlucutan senjata dan keamanan internasional, seraya menyinggung kesepakatan ekrja antara Iran dan IAEA, berkata, dalam merealisasikan hak-haknya untuk memanfaatkan teknologi nuklir, Iran akan tetap mematuhi peraturan-peraturan internasional dan tidak akan menuntut lebih daripada hak-haknya.