AGAMA ANTARA FUNGSI DAN UTOPIA

AGAMA ANTARA FUNGSI DAN UTOPIA
Photo by Unsplash.com

Islandia yang mayoritas warganya tak beragama bahkan agnostik dan pasti tak rajin ikut pengajian mengalami krisis narapidana.

Agama di Barat modern dipertahankan bukan karena tujuan dan harapan sorga tapi karena fungsinya.

Menurut Émile Durkheim, agama diperlukan karena spiritualitas dan keyakinannya berfungsi sebagai perekat hubungan sosial.

[ads1]

Di sini mungkin agama dianut sebagai cita-cita kebahagiaan di akhirat, bukan sebagai sistem nilai dalam kehidupan sosial.

Karena tak dianut sebagai sistem nilai dalam kehidupan sosial, agama dengan semua ajarannya tak memperbaiki prilaku penganut.

Meningkatnya jumlah masjid, mewabahnya majelis taklim dan tablig, berkembangnya industri zikir dan sentra tahfid beriring dengan meningkatnya penggunaan narkoba, menggilanya korupsi dan menyebarnya intoleransi, fasisme dan ekstremisme.

[ads1]

Ada mindset falasi yang diagamakan bahwa setiap perbuatan dianggap buruk karena pelakunya adalah penganut agama/mazhab lain, bukan karena ia ditetapkan buruk oleh akal sehat.

Ada pula mindset falasi yang diagamakan bahwa perbuatan apapun dianggap baik karena pelakunya adalah sekeyakinan, bukan karena akal sehat menetapkannya baik.

Atas dasar itu, sebagaian penganut "agama utopis" menganggap semua perbuatan buruk terhadap yang tak sekeyanikinan boleh dilakukan.

Read more