Skip to main content

AGAMA KUALITATIF

By December 4, 2016No Comments

Memulai pandangan dan sikap beragama dengan mengidentifikasi musuh akan menciptakan curiga terhadap siapapun yang berbeda.
Agama kualitatif mencetak pribadi tenang, toleran dan mandiri meski sedikit atau sendiri. Agama kuantitatif menciptakan para penganut fanatik dan kaku.
Banyak orang tak taat beragama, bahkan tak shalat, lebih fanatik dari orang-orang relijius soal sentimen agama karena menganggap sikap tersebut penghapus prilaku buruknya.
Sebenarnya ceramah-ceramah tidak perlu diisi anjuran kebaikan dan larangan keburukan melulu, karena hal itu diketahui oleh setiap yang berakal sehat bahkan yang tak beragama.
Yang perlu diceramahkan adalah dasar dan efek serta hubungan perbuatan buruk dan baik dengan kesadaran akan eksistensi Tuhan dan kemestian hari pengadilan kelak.
Sebagian besar khotbah, tausiyah dan ceramah seperti mengajari ayam-ayam pentingnya bertelur atau cara berkokok.
Kalau tugas agamawan cuma menganjurkan kebaikan dan melarang keburukan, setiap orang adalah agamawan. Itu hanya perlu sedikit hapalan, pede dan pita suara.
Tak mengherankan bila yang cerdas lebih memilih baca buku-buku psikologi sosial dan moral praktis ketimbang jadi pendengar tema-tema langganan agamawan di panggung dan televisi.

Baca: KEDOK AGAMAAGAMA CANDU, AGAMAWAN PALSU