Ahmad Musadeq dan Muhammad Musadeq

Ahmad Musadeq dan Muhammad  Musadeq
Photo by Unsplash.com

messiah.jpg

Setidaknya, saya menemukan dua penyandang nama Musadeq yang akrab di telinga saya. Salah satunya diawali dengan nama Ahmad. Dialah orang yang kini sedang menjadi buah bibir masyarakat karena mendirikan aliran aneh Al Qiyadah Al Islamiyah. Banyak media telah mengekspos berita lelaki yang mengaku rasul ini. Sayang bila saya mesti menulis tentang ‘nabi’ yang tidak menguasai bahasa Arab ini. Yang kedua bernama Muhammad Musadeq. Inilah yang ingin saya bahas.

Muhammad Musadeq adalah sosok yang, bagi saya, menarik untuk diperhatikan. Ia sudah dikenal sebagai Kristolog Muslim dengan gebrakan metode dan pola pendekatan yang baru, menurut saya. Untuk mengintip angkasa pemikirannya dalam bidang Kristologi, ada baiknya kita menguraikan tipologi kristolog.

Ada tiga macam kristolog Muslim. Pertama adalah kristolog yang tidak menganggap Alkitab sebagai kitab suci yang tercemar dan dipalsukan. Hanya saja, beranggapan bahwa interpretasi terhadapnya yang telah memalsukan maksud sejatinya. kristolog jenis ini pun biasanya berupaya keras mencari paralelitas Alkitab dengan Al-Quran dan sebaliknya tanpa hendak membenarkan salah satunya, apalagi jika terdapat konflik di antara keduanya. Inilah yang disebut dengan Kristologi pembenaran. Thomas Mc Elwain adalah tokohnya. Menurutnya, "anak tunggal yang dikorbankan" versi Alkitab (Ishak as) tidaklah berkontradiksi dengan "anak tunggal yang dikorbankan" versi Alquran (Ismail as) dgn banyak penjelasan, yang utamanya bersifat antropologis.

Kedua adalah Kristologi yang menganggap sebagian isi Alkitab telah dipalsukan dan menintikberatkan kritik atas keyakinan kaum Kristen tentang ketuhanan Yesus. Dngan pendekatan pembenaran, kristolog jenis kedua ini bertendensi ingin membenarkan Al-Quran atas Alkitab memlalui ewat pembuktian inkonsistensi alkitab. Dengan kata lain, ia menjadikan Al-Quran sebagai pisau bedah untuk menganalisis alkitab. Ahmad Deedat adalah tokohnya. Inilah yang lebih tepat disebut dengan Kristologi penilaian.

Ketiga adalah Muhammad Musadeq. Kristolog kelahiran Jakarta ini, sejauh yang saya pahami, mengklaim ingin berada di tengah-tengah kedua pendekatan itu. Namun menurut saya, Muhammad Musadeq lebih kental atau dekat dengan pendekatan pembenaran. Tampaknya ia memang berhasil menjelaskan berbagai misinterpretasi Yahudi dan Kristen dalam memahami Alkitab, terutama dalam kaitan dgn figur Kristus universal lewat teks-teks Alkitab itu sendiri. Namun, pada saat bersamaan, ia tidak bisa menghindari upaya pembenaran dan penguatan atas interpretasinya itu dengan ayat-ayat Alquran--dan saya yakin ini mungkin karena keinginannya agar pemikiran-pemikirannya bisa dipahami pembaca Muslim yg notabene awam soal alkitab. Dan yg pasti, tidak seperti mcelwain, musadiq tentu saja hanya meyakini kesahihan sebagian isi alkitab.

Namun, yang menurut saya unik dari musadiq adalah interpretasi atas Kristus Universal. Ia mengetengahkan temuan baru, sebuah pandangan yang genuine, menurut saya. Ia bahkan berani berbeda dengan Kristolog Muslim lainnya. Bagi Musadeq, Kristus Universal yang dijanjikan dalam Alkitab lewat term-term seperti "anak manusia" itu merujuk kepada figur nabi suci islam, Muhammad saw; bukan Yesus sebagaimana diyakini Kristen; dan bukan pula "anak keturunan Daud" sebagaimana dinantikan Yahudi. Pandangan ini menjadi unik karena dalam konteks Islam yg mapan, "Kristus Universal" tidak pernah disinggung sedikit pun. Islam yg mapan hanya meyakini adanya mata rantai kenabian, dari Adam hingga Muhammad, tanpa adanya satu figur tertentu yg mengatasi semua orang pilihan itu. konsep "kristus universal" ala Musadeq berbeda dengan semata "Nabi Terakhir".

Yang pertama meniscayakan bahwa semua nabi yang diutus Tuhan ke dunia ini hanyalah bertugas menyiapkan jalan bagi Sang Kristus Universal; atau dalam bahasa Alkitab ‘pengantar’bagi Sang Messiah. dan menyimpulkan secara definitf bahwa Kristus Universal adalah Muhammad saw. Bagi saya, ini adalah sebuah gagasan yang luar biasa genuine. Sepanjang yang saya tahu, di kalangan Muslim Syiah yang sekalipun memiliki tradisi kemessiahan ini, Muhammad saw tidak pernah ditempatkan dalam posisi sebagai "anak manusia" sebagaimana dimaksudkan oleh alkitab. Mc Elwain sendiri menafsirkan sang "anak manusia" itu sebagai Yesus; dan muhammad adalah nabi lain yang dijanjikan Alkitab. Sementara bagi Musadeq, Kristus Universal itu adalah Muhammad, dan bahwa yang disebut sebagai "nabi yg lain" itu sebenarnya adalah "washi yg lain" sebagai duplikat-duplikatnya yang terjuntai hingga dunia ini wafat.

Kalau Musadeq pertama (Ahmad) terang2an mengklaim sebagai al-Masih al-Mau’ud (Messiah yang dijanjikan), dan diyakini oleh MUI dan lainnya sebagai menyesatkan; maka Musadeq yang kedua (Muhammad) justru menunjukkan kepada umat Islam bahwa nabi mereka, Muhammad saw, adalah Messiah yang dinantikan.

Semoga dengan analisis sederhana ini, Romo Musadeq tidak lagi menganggap saya ‘kurang meminati pandangannya’ atau tidak tahu keistimewaannya, he... he...

Read more