Berkat bantuan seorang teman yang sangat pinter dan baik, novel fiktif pertama saya (yang hingga kini belum diberi judul) mendekati garis finish dan siap diterbitkan.
Yang diangkat dalam novel ini adalah sebuah tema “aneh”. Namun, karena ia menjadi “kejutan” yang akan diledakkan di tengah rimba cerita, penulis tidak bisa mengungkapkannya di sini.
Tema yang diangkat dalam novel ini mungkin bisa mengundang kontroversi, tapi bila tidak mulai sekarang dibicarakan terbuka, maka tidak tertutup kemungkinan di masa depan yang tidak jauh, sebuah bencana soal dan moral akan menggerus sendi-sendiri sosial yang ditegakkan di atas budaya, tradisi dan agama, bahkan bisa menerkam orang-orang yang kita cintai, anak, suadara, suami atau istri.
“Orang-orang itu” adalah realitas sosial yang tidak bisa diabaikan dan dianggap sebagai sebuah “pengecualian”. Kemampuan tinggi untuk bertahan hidup telah melejitkan kreativitas sehingga mereka pun menjadi ikon modernitas dan gaya hidup kosmopolis. Dunia showbiz adalah lahan mengais uang bagi mereka. Mereka selalu hadir dalam acara-acara gosip, talkshow, lawak dan bahkan dialog agama.
Menentang, mengumpat dan mencibir tidak menyelesaikan masalah, malah menimbulkan keteguhan dan romantisme kesendirian atau keterasingan yang membatu. Ia tidak hanya di café-café di kota-kota besar, tapi telah menyebar ke kota-kota santri hingga dusun-dusun di semua pelosok Tanah Air. Mereka ada di mana-mana, bahkan mungkin dalam rumah kita.
Kekhawatiran akan menyebarnya gaya hidup bebas tanpa batas, sebagai akibat dari globalisasi budaya yang menejang semua batas privat ini, dan keinginan untuk memberikan perspektif lain sebagai tawaran solusi, menjadi alasan penulisan novel ini.
Penasaran?