AKTUALISASI ISLAM NUSANTARA
Silakan memberi atribut lokal untuk Islam. Tapi yang lebih penting adalah bersikap toleran secara tulus.
Silakan memberi atribut lokal untuk Islam. Tapi yang lebih penting adalah tak mencemooh atribut lokal lain untuk Islam.
Buktikan Islam Nusantara dengan menyadarkan para agamawan intoleran untuk mengizinkan jenazah dikubur di tanahnya sendiri.
Perlihatkan Islam Nusantara dengan menyadarkan para agamawan intoleran untuk mengasihani anak-anak yang kehilangan halaman bermain karena orangtua mereka diusir.
Realisasikan Islam Nusantara dengan menyadarkan para agamawan intoleran untuk tak mencabut ketenangan orang-orang yang memilih keyakinan lain.
Atribut lokal layak disandangkan pada para penganut dengan kultur dan karakternya yang beragam, bukan agamanya.
Mazhab tak layak diatribusikan pada agama, apalagi budaya, tradisi, iklim dan tanah.
Islam Nusantara adalah Islam universal yang diterapkan oleh setiap Muslim yang hidup dalam budaya Nusantara.
Budaya apapun dan di mana pun di Nusantara adalah budaya Nusantara.
Budaya Jawa, Sunda, Batak, Padang, Bugis, dan lainnya juga Cina, Arab dan budaya apapun di Nusantara adalah budaya Nusantara.
Pengertian Nusantara mencakup beragam karakter, tradisi, keyakinan dan budaya sesuai daerah yang tersebar dari Aceh sampai Papua.
Islam Nusantara bukanlah satu model. Islam Nusantara versi Jawa tak sama dengan Islam Nusantara versi Padang, Bugis, Maluku dan lainnya.
Reok dalam budaya Jawa dan Zapin dalam budaya Melayu juga lainnya adalah bagian dari budaya Nusantara.
Salah satu ciri yang membedakan budaya dengan agama adalah agama punya platform dan otoritas.
Substansi Islam Nusantara bukan sarung, tahlil, gamelan, klompen dan atribut lainnya tapi toleransi.
Karakter dasar Nusantara adalah keragaman dalam toleransi, bukan dominasi keyakinan dan tradisi suku tertentu atau daerah tertentu.
Karena budaya tak punya platform yang baku, tak ada yang yang berhak membatasi cakupannya.
Kopiah hitam atau putih, persegi atau bundar, blankon, koko atau T-Shirt, sarung, beskap, celana cingkrang atau celana slim yang dipakai oleh sebagian masyarakat di sebuah daerah dalam NKRI seraya menjaga toleransi dan menerima Pancasila adalah bagian dari Islam Nusantara.
Islam Nusantara tak mencemooh tradisi dan budaya suku lain, ras lain, bangsa lain di wilayah lain di Indonesia dan di negara lain.
Tak baca qunut belum tentu intoleran. Hapal teks maulid tak mesti toleran. Toleransi adalah soal akal budi.
Pakai celana cingkrang tak mesti takfiri. Pakai sarung belum tentu toleran. Agama ini tidak bekerjasama dengan perusahaan tekstil.
Penganut Islam Nusantara mengharapkan dan mencari kebenaran, bukan menyita dan menyegel kebenaran.
Hanya karena sebuah aliran lebih sedikit penganutnya tak berarti tak berhak mengklaim Islam Nusantara.