Menyusul ancaman pembalasan yang disiarkan oleh milisi-milisi perlawanan Palestina, warga Israel dicekam gelisah.
Di selatan, kegelisahan meningkat. Banyak warga terpaksa menuruti perintah militer untuk membangun lokasi perlindungan dari serangan bom.
Perintah pembuatan lokasi perlindungan dilakukan di kota Ashkelon dan kota Ashdod, sebuah kota pelabuhan berpenduduk 190.000 jiwa, yang juga diserang roket.
Kota Beersheba, terbesar di Israel selatan, juga diperintahkan membangun lokasi perlindungan. ”Sungguh menakutkan. Kami berharap tidak terjebak ke dalam serangan,” ujar Ortal Levy, ibu berusia 30 tahun, di Beersheba, Selasa.
Kota Sderot termasuk yang paling sering menjadi sasaran roket. Kota ini sudah mendapatkan serangan ribuan roket sejak 2001.
Victor Turjeman (33), warga Sderot, mengatakan, empat anaknya mengalami trauma akibat serangan rutin roket dari Jalur Gaza. Rumahnya hancur dan saudaranya terkena serangan jantung setelah serangan roket.
Wali Kota Sderot Mayor David Buskila mengatakan, sekitar 24.000 warganya masih ketakutan, tetapi terpaksa menyambut serangan militer yang diarahkan ke Jalur Gaza. ”Kami telah lama merasa diabaikan,” kata Buskila.
Israel Katz, ahli psikologi sosial dari Hebrew University di Jerusalem, mengatakan bahwa reaksi warga Sderot itu alamiah. ”Ketakutan dan kemarahan sering kali campur aduk,” kata Katz.
Cara mengakhiri konflik pun tidak didapatkan, tidak juga oleh presiden terpilih AS, Barack Obama. ”Saya kira dia berhati-hati dan akan tetap seperti itu karena prioritasnya bukan mengatasi konflik Arab-Israel,” kata Hassan Nafaa, pakar politik Mesir dari Forum Pemikiran Arab, di Amman, Jordania, Selasa.
”Lobi Yahudi telah mengingatkan Obama sehingga dia harus diam soal Jalur Gaza,” kata Hilal Khashan, profesor politik dari American University, Beirut. (REUTERS/AP/AFP/MON/Kmps)
Sementarta itu dilaporkan, sebuah kapal kecil yang membawa sejumlah aktivis internasional dan bantuan untuk Gaza terpaksa berlabuh di kota pelabuhan Tyre, Lebanon selatan, Selasa (30/12), setelah berbenturan dengan kapal Angkatan Laut Israel yang memaksanya membelok ke Lebanon.
Beberapa aktivis dari gerakan “Free Gaza” mengatakan kapal mereka, yang membawa 3,5 ton bantuan medis dan 16 orang, telah dibentur dan ditembak di perairan internasional 70-80 mil di lepas pantai Gaza oleh kapal Angkatan Laut Israel. Tidak ada korban dalam peristiwa ini.
Yigal Palmor, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, mengatakan kapal bantuan itu tidak menanggapi peringatan dan kontak radio. Ia juga membantah AL Israel mengeluarkan tembakan.
Israel telah mengumumkan wilayah perairan Gaza sebagai zona militer tertutup setelah negara itu melancarkan serangan udara terhadap Hamas, Sabtu. Lebih dari 380 warga Palestina tewas dalam serangan itu. (AFP/Reuters/Kompas)