Beberapa hari lalu saat asyik menonton acara Extravaganza di televisi, seorang teman menyodorkan majalah mini. Kalau tidak salah namanya ALKISUT. “Nih, baca. Gak kalah dengan acara itu,” katanya.
Namanya cukup bergurau dan perlu ditertawakan. Sampulnya biasa saja. Coverboy-nya bukan siapa-siapa. Tapi yang pasti seorang narsis. Dia anak muda, berdiri, wajahnya sudah divermak habis oleh polesan make-up. Berjubah ala batman. Kumis ritmis dan jenggotnya, bolehlah, agak mirip Lenardo Dicaprio dalam The Departed. Lumayan cocok buat iklan jamu kuat cap kadal buntung.
Majalah itu lebih mirip buntelan rongsokan. Atau paling tidak, blog gratisan yang modusnya cuma copy-paste. Isinya cetek-cetek. Kisah-kisah supranatural berserakan di sana-sini. Ada yang menyeramkan buat para penakut. Tapi kebanyakannya murahan karena sama sekali bullshit.
Persis di halaman pertama, tercetak kolom surat pembaca yang sebagian besar meminta hal-hal tidak umum. Misalnya, meminta resep nasi kebuli atau biografi atau foto orang yang entah siapa dan mengapa ditokohkan di situ. Yang jelas, dia bukan Ahmadinejad, bukan para pemimpin Hamas. Tapi wan kifli al-idris.
Pokoknya, majalah itu mubazir. Lebih mahal biaya kertas dan cetaknya ketimbang isinya. Barangkali maksud si penerbit, majalah itu memang bukan untuk dibaca. Tapi ditimbang dan dikilo di pasar loak. Kalaupun mau bermurah hati membacanya, siapapun dijamin bakal kecele. Majalah itu menampilkan orang-orang yang dikesankan “spesial” dan “tokoh besar”, bukan karena prestasi ilmiah atau kontribusi sosialnya. Tapi lewat simbol-simbol sakral semacam sorban, jubah, selendang, celak, dan sebagainya.
Bila anda mencari kata yang paling banyak dimuntahkan di setiap halamannya, pasti itu kata “habib”. Rupanya istilah yang telah didangkalkan dan dikaburkan maknanya ini sudah menjadi copyright bagi kelompok tertentu. Padahal kata itu salah satu nama Allah yang diberikan kepada Nabi dan manusia-manusia pilihan, bukan alat justifikasi, kedok, dan seenaknya dijadikan gelar tanpa pertanggungjawaban.
Tapi itu belum seberapa. Isinya lebih parah lagi. Nampak sekali tim Alkisut kehabisan bahan untuk membeberkan keramat (tepatnya, mengeramatisasi) habib kifli al-idris, karena isinya nyaris mirip dengan kisah Habib Ubud al-kafri pada edisi sebelumnya (mereka cuma bongkar pasang “tokoh” saja). Karena itu, sambil ngos-ngosan mengejar deadline, mereka menemplok secarik artikel sampah yang sudah didaur ulang. Isinya, apalagi kalau bukan fitnah terhadap lebih dari 500 juta umat Islam di belahan dunia, yaitu muslimin bermazhab Imamiyah.
Buntelan kertas mubazir yang isinya hanya sampah busuk ini, sumpah mati, tidak patut ditanggapi atau dianggap “sesuatu”. Karena ia bukan hanya membodohi, melainkan bahkan melecehkan dan menistakan, bangsa Indonesia yang majemuk, namun arif dan cerdas.