Kedengkian adalah motor utama ujaran kebencian dan agresi tanpa secuilpun welas.
Kedengkian (الحسد) adalah kehendak menghilangkan sebuah keistimewaan yang dibayangkan (akibat cuti logika dan kecemburuan tak berdasar) oleh pendengki terhadap terdengki meski tak selalu menginginkan keistimewaan tu untuk dirinya. “Kalau aku tidak istimewa karena tak memiliki keistimewaan, maka kamu juga tak memilikinya” begitu kira-kira mindset yang mencengkram pikiran pendengki.
Dalam kasus nasab dzurriyah yang santer belakangan ini, memfiktifkan tokoh yang dianggap sebagai alasan keistimewaan itu dianggap sebagai cara menghilangkan keistimewaan itu.
Tak cuma di situ. Agar keistimewaan itu benar-benar sirna, bukan memperlakukan terdengki setara, namun merendahkan semua yang terkait dengan halusinasi keistimewaan itu serendah-rendahnya dengan aneka sebutan yang tak pantas ditulis.
Situasi psikologis seperti di atas tidak dialami oleh orang yang menetapkan parameter logis dan kriteria-kriteria rasional bagi keistimewaan. Dia tak merasa perlu mendengki karena keistimewaan (andaikan nyata), termasuk nasab, harta, kuasa dan lainnya pasti berbanding lurus dengan beban, tanggungjawab, risiko dan konsekuensinya.