Dulu dianjurkan bersunnah dengan bersiwak. Sebagian memahami sunnah “bersiwak” dengan akar jenis itu saja. Kini sulit ditemukan, gosok gigi dianggap bukan sunnah.
Dulu dianjurkan untuk tidak banyak menyentuh. Sekarang jarang menyentuh, gak upadate.
Dulu khotib di beberapa masid berkhotbah Jumat dalam bahasa Arab dengan buku teks manual yang diselipkan dekat mimbar. Yang dengar dapat pahala minus paham.
Dulu saat ngaji sekedar menanyakan dalil atas pernyataan orang yang dianggap ulama dianggap sebagai durhaka dan terancam ilmunya tak bermanfaat.
Dulu ada orang yang terlihat tidak normal, meracau, matanya gak fokus, dianggap “orang pinter” dan dokter segala penyakit juga bisa tahu isi hati.
Dulu ada doktrin bahwa orangtua yang baik memulangkan putrinya yang lari dari suami meski menganiayanya. Masak menyerahkan putri ke monster itu baik.
Dulu ada doktrin bahwa membunuh cicak dengan mengoyak mulutnya berpahala. Masak menyiksa binatang yang tidak berbahaya dianggap kebaikan?
Dulu ada doktrin bahwa sebagian besar penghuni neraka adalah perempuan. Masak agama yang sempurna menetapkan siksa karena jenis kelaminnya?
Dulu dinasti-dinasti dispotik Islam menggambarkan orang saleh sebagai penyabar, taat, santun, tawakkal dalam segala situasi meski selalu dianiaya dan dirugikan.