ANTARA BERAKAL, BERPIKIR DAN BERLOGIKA

ANTARA BERAKAL, BERPIKIR DAN BERLOGIKA
Photo by Unsplash.com

Bila diminta untuk menentukan pilihan antara mengutamakan hal-hal visual, konkret, ringan, heboh, sentimentil dramatik, mutakhir dan retorik atau mengutamakan hal-hal konseptual, abstrak, serius, sistematis, faktual, paradigmatik dan analitk, mungkin sebagian besar orang mengaku memilih yang kedua.

Faktanya tidak demikian. Pengakuan ini lebih tepat dianggap sebagai harapan. Mengapa? Karena berpikir secara sistematis dan serius adalah aksi yang berat dan sulit. Ia bahkan lebih berat dari olahraga berat karena energi yang dikeluarkannya lebih banyak.

Ternyata berakal yang menjadi atribut defrensial manusia tak otomatis meniscayakan semua manusia (hewan yang berakal) sebagai hewan yang berpikir. Orang gila dan sebagainya tetaplah manusia karena memang punya akal, namun disebut gila karena tak mampu berpikir. Ini berbeda dengan batu yang tidak bisa disebut gila, karena memang tidak berakal.

Berpikir adalah aktivasi akal dengan pergerakan konsep atau ide atau pikiran. Ternyata pula, tak semua yang berpikir adalah orang yang logis.

Berpikir logis didefinisikan sebagai transisi dari satu pernyataan yang relevan ke yang lain atau dari ide spesifik yang terkait dengan ide lain, di mana frase pertama disebut berpikir logis dengan anteseden dan frase berikutnya dengan akhiran.

jika pemikiran memuat pernyaatan " semua sapi adalah binatang", maka ini berarti "setiap sapi adalah binatang". Generalisasi atau penyemuaan ini bermula suatu hipotesis (pengandaian) yang dianggap benar, kemudian mencoba mencari kesimpulan tentang suatu kasus tertentu.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam aksi pemikiran logis adalah sebagai berikut :

  1. Hendaknya pemikir berusaha objektif. Artinya, kesimpulan tidak bergantung pada sudut pandang, pendapat, atau keyakinan seseorang. Fakta kesimpulan yang ditetapkan juga harus jelas bagi semua orang.
  2. Kesimpulan harus diambil dari hipotesis. Artinya, tidak mungkin mempertanyakan validitas apakah semua sapi adalah binatang atau bukan, sama dan struktur pemikiran ini harus runut dan berantai berupa jika dan maka.
  3. Pemikiran logis sering kali mencakup serangkaian ide yang berantai. Kata berantai menunjukkan bahwa ia adalah sarana menghubungkan ide atau data sekaligus.

Ada jenis-jenis pemikiran logis, antara lain:

  1. Penalaran dengan deduktif. Yaitu pikiran yang bergerak dari aturan umum ke aplikasi khusus, Misalnya, jika fakta aslinya benar, maka kesimpulannya pasti benar.
  2. Penalaran induktif lengkap (saintifik). Yaitu pikiran yang bergerak dari pengamatan yang tepat dan spesifik, hingga diakhiri dengan kesimpulan umum, yang didasarkan pada bukti yang terkumpul, penelitian, dan membentuk teori untuk menjelaskan apa yang sedang ditemukan.
  3. Jenis induktif tak lengkap (populer). Yaitu pemikiran yang merupakan upaya mencoba keberuntungan, karena dimulai dengan serangkaian pengamatan yang tidak lengkap, dan diakhiri dengan interpretasi kelompok yang dekat. Jenis ini juga berguna dalam pengambilan keputusan sehari-hari, di hadapan informasi yang tidak lengkap.

Pola ini mengandalkan dugaan dan perkiraan, tanpa data yang cukup untuk membangun opini dan rantai pemikiran logis yang saling terkait. Di mana hasil yang diharapkan sedekat mungkin dengan keberuntungan dan tidak lebih, dan kemungkinan itu benar dekat dengan kemungkinan itu salah, dan kami mengambil contoh itu, mencoba memprediksi angka-angka di mana dadu mengendap, karena operasi ini tidak memiliki dasar khusus untuk diandalkan, melainkan ekspektasi yang dibingkai dalam bidang tertentu. Hal yang sama berlaku untuk memprediksi hasil pertandingan sepak bola.

Langkah-langkah berpikir logis direpresentasikan dalam beberapa langkah, antara lain:

  1. Abstraksi: Dalam proses ini, subjek, orang, atau benda apa pun diselidiki, karena hal-hal ini diselidiki untuk menjadi topik tersendiri untuk dianalisis dan dipikirkan.
  2. Generalisasi: Konsep atau ide umum dibentuk, untuk menentukan arah kesamaan karakteristik subjek, orang, dan benda, dan menggabungkannya dan menyatukannya dalam satu ide.
  3. Penilaian: Pada langkah ini, dua hal, atau dua subjek, atau dua orang dibandingkan, untuk menemukan persamaan dan perbedaan di antara keduanya.
  4. Logika: Pada langkah ini, dua orang, dua subjek, atau dua hal dibandingkan, untuk memperjelas hubungannya dengan seseorang atau subjek

Read more