Skip to main content

Antara Mesir dan Indonesia

Puluhan keluarga Kristen Koptik di provinsi Sinai Utara Mesir, melarikan diri menyusul terjadinya sejumlah pembunuhan dalam beberapa pekan terakhir yang telah diklaim oleh ISIS sebagai aksinya.

Presiden Abdul Fattah al-Sisi menyatakan keadaan darurat selama tiga bulan di seluruh Mesir menyusul dua serangan bom di gereja Koptik pada hari Minggu (09/04).

Sementara itu jumlah korban terus bertambah, seperti yang dilansir dari Tribunnews:

“Kementerian Kesehatan mengatakan 27 orang meninggal dunia dalam serangan di Gereja Mar Gigris (St. George) di kota Tanta, sekitar 94km dari Kairo. Data sebelumnya menyebutkan yang meninggal dunia 29 orang.

Beberapa jam kemudian, polisi berhasil menghentikan terduga pengebom masuk ke dalam Gereja Koptik St. Markus di Iskandariyah. Terduga pelaku kemudian meledakkan bom di luar gereja yang menyebabkan 17 orang meninggal dunia, termasuk anggota kepolisian.”

Pemboman beruntun di Mesir dengan target minoritas Kristen Koptic beberapa hari belakangan ini haruslah menjadi alarm peringatan bagi Indonesia yang kini mulai direpotkan oleh ulah para ekstremis dan kelompok-kelompok intoleran yang makin giat memasuki semua lini penting formal dan informal. Baca juga: ATEISME, AGNOTISISME DAN MORAL

Mesir dapat dijadikan contoh karena beberapa kesamaannya dengan Indonesia. Mayoritasnya penduduknya adalah Muslim Sunni moderat (penganut mazhab Syafii). Kaum intelektual yang inklusif juga banyak. Tapi masyarakat awamnya terperdaya oleh eksploitasi simbol dan visualisme yang ditampilkan oleh wahabisme yang mencatut nama Ahlussunnah dengan modus pengkafiran, pensyirikan, pembid’ahan dan ujaran2 kebencian terhadap Syiah.

Mesir tidak lepas dari konflik politik. Pergantian rezim hampir selalu dipenuhi konflik. Sejak jatuhnya presiden Mursi suasana justru menjadi kurang kondusif di mana kekuasaan tertinggi ada pada para Jenderal yang mengambil semua keputusan penting. Baca juga: Intoleransi Makin Diminati

Hampir tiap hari terjadi baku tembak antar kelompok. Sinai yang dulu dikuasai Israel dan dikembalikan pada perjanjian Camp David kini menjadi zona ISIS. Sebagian anggota IM (Ikhwanul Muslimin) bergabung dan mendeklarasikan wilayah gurun luas yang kaya kandungan minyak itu sebagai state khilafahnya.

Kehadiran ISIS yang di mana-mana membuat masalah pada dasarnya tidak mewakili kelompok manapun. Dia lahir untuk menjadi penyeimbang kekuatan-kekuatan yang ada di kawasan Timur Tengah. Ternyata kelompok yang dilahirkan oleh Hillary Clinton ini menjadi tidak terkendali.

Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi yang sekarang berkuasa sebetulnya tidak terlalu buruk meski proses kemunculannya sebagai presiden dianggap inkonstitusional dan sebagian keputusannya terkesan otoriter. But nobody is perfect. Ini mungkin merupakan strategi antisipatif terhadap IM yang masih terus berusaha menghimpun kekuatan untuk turn back dan ISIS yang kian menggila di wilayahnya.

Negara yang sebagian APBNnya disubsidi oleh Arab Saudi ini sedang mengalami keterpurukan ekonomi. Ini juga akibat dari melemahnya ekonomi domestik rezim Riyadh, setelah terjebak sendiri di dalam pertempuran yang semula dianggap hanya berlangsung singkat dan berakhir dengan kemenangan atas Yaman. Secara umum, pendapatan terbesarnya berasal dari retribusi terusan Suez dan pariwisata. Itupun bergantung kepada stabilitas politik dan keamanan yang mulai hilang.

Mesir tidak punya banyak minyak. Tapi sejak dulu, selainnya korupsi, juga karena subsidi besar-besaran untuk masyarakat sehingga beban tanggungan negara terlampau berat. Bensin dijual dengan harga sangat murah karena subsidi pemerintah yang besar.

Bandingkan dengan Indonesia. Pemerintah secara bertahap mengurangi subsidi demi melepas beban hutang yang sangat besar. Memang masyarakat terkena dampaknya, tapi negara secara finansial lebih aman.

Kini Mesir berada dalam dilema antara kemandirian politik dan kebergantungan finansial kepada negara-negara Arab lain yang dulu berkiblat kepadanya dalam politik dan peradaban.

Hubungannya dengan Saudi sedang renggang. Sikap politiknya terhadap Suriah juga Iran melunak. Kita nantikan episode-episode penuh kejutan selanjutnya di arena politik Timur Tengah.

Salam,

Dr. Muhsin Labib

______________________
Didistribusikan kembali dari sumber awal
https://seword.com/luar-negeri/antara-mesir-dan-indonesia/