Artalyta Suryani, antara Jaksa dan Jasa
Kisah Artalyta Suryani mirip dengan kisah dalam film-film spy. Seru, penuh kejutan dan menegangkan. Bayangkan! Lakonnya adalah seorang wanita yang mampu menaklukkan banyak pejabat hukum. Profesinya bukan sekretaris atau WIL, tapi makelar kasus. Bukan sembarang kasus, tapi big case yang bisa disulap menjadi X-file.
Setelah lama malang melintang dengan kepiawaiannya, ia pun tertangkap basah oleh mata-mata KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) karena menyuap Urip Tri Gunawan, jaksa yang memimpin penyelidikan kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Bukan hanya itu, Ayin juga punya benteng politik dan sempat tercantum dalam jajaran pengurus pusat PKB. Ia juga punya relasi dengan politisi-politisi kelas atas. Pesta perkawinan anaknya dihadiri oleh banyak petinggi politik, di antaranya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua DPR Agung Laksono, dan Kepala Polri Jenderal Sutanto.
Dalam persidangan, Ayin, nama mungilnya, terbukti menjadi otak yang memuluskan sejumlah kasus korupsi besar yang melibatkan banyak nama konglomerat, antara lain Sjamsul Nursalim, terkait dana BLBI sesar Rp 28,4.
Dalam sidang lanjutan, wanita yang berdandan gemerlap ini mulai memainkan kartu amat sensitif dengan “bernyanyi” dan mulai menyambar banyak nama di lingkungan Kejaksaan Agung. Nama Antasari Azhar, ketua KPK, dan Adnan Buyung Nasution, anggata Dewan Penasehat Presiden juga meluncur dari mulutnya. Benar-benar memalukan!
Jaksa Urip ternyata tidak sendirian. Satu demi satu jaksa berguguran. Ayin telah menyandra para pejabat korup di Kejaksaan dengan budi bernilai ratusan juta hingga milyaran rupiah. Ayin menjadi kunci sebuah kejahatan hukum berseri.
Tak mengherankan bila Kejaksaan Agung lebih pantas diganti dengan Kejasaan Agung. Institusi penegak hukum di negeri ini mejadi sarang para pemerkosa hukum. Citra Indonesia makin buruk akibat ulah para pedagang hukum. Suara-suara yang menuntut pengunduran Hendarman, Jaksa Agung, pun mulai santer.
Yang menarik lagi, ajudan Ayin adalah intel yang masih aktif. Rupanya banyak intel dan abdi negara yang “nyambi” pekerjaan “swasta” dengan menjadi “herder” orang-orang bermasalah. Kontan saja, masalah “kerja nyambi” ini pun menjadi sorotan media masa. Separah itukah wajah hukum di negara kita?
Di luar itu semua, keberaniannya mengutip banyak nama “sakti” di persidangan patut diacungi jempol. Bahkan ketua Fraksi PAN mengusulkan agar Ayin mendapatkan perlindungan, karena diduga kuat ia menjadi incaran pembunuhan.
Semoga bangsa ini segera keluar dari krisis yang diakibatkan oleh ulah rakus segelintir orang, amin.