Skip to main content

Asyura dan Karbala dengan pusatnya, Al-Husain, mengkombinasikan dua horison secara harmonis. Pertama, horison langit berdimensi Ilahi sehingga universal dan abadi. Kedua, horison bumi berdimensi manusiawi sehingga partikular dan historis. Maka, ia menghidupkan semua yang mengenangnya dan dihidupkan oleh semua yang mewarisinya.

Poin paling penting dari memperingati Asyura adalah menumbuhkan makna kepatuhan dalam konteks keumatan dan kebangsaan. Tanpanya, ia akan membeku sebagai seremoni tahunan, ulangan orasi emosional, pembacaan teks sejarah, senandung kidung ratapan, sekaligus pengukuhan atas eksklusivisme kelompok yang tak melangit juga tak membumi.

Kepatuhan dalam konteks keumatan merupakan sikap menerima konsepsi dan aksi tanpa diskusi dan diskriminasi terhadap otoritas vertikal yang Ilahi.

Kepatuhan vertikal ini hanya memeristiwa bila dihayati sebagai hierarki yang gradasinya terkoneksi mulai dari pemegang otoritas Ilahi paling bawah hingga yang tertinggi, yaitu Allah Swt Sang Pemilik Tunggal dan Sejati otoritas.

Kepatuhan semacam ini, kendati pada levelnya yang rendah hingga yang terendah itu bersifat temporal dan terbatas, merupakan ejawantah tawalli paling dekat dengan individu mukallaf dalam mengemban senarai tugas sakral sebagai umat.

Sementara itu, kepatuhan dalam konteks kebangsaan merupakan sikap menerima konsepsi dan aksi tanpa diskusi terhadap otoritas horisontal yang manusiawi dalam garis gradualnya. Kepatuhan jenis ini didasarkan pada kontrak sosial yang menjadi fondasi bangsa sebagai entitas sosial yang memuat ragam anasir suku, agama, daerah, etnis, dan sebagainya.

Komunitas muslim Syiah Lebanon yang tergabung dalam institusi sosial Hezbollah menyuguhkan contoh nyata. Mereka mengaktualisasi kepatuhan vertikal sebagai umat terhadap wali faqih sebagai pemegang otoritas vertikal yang Ilahi.

Namun Hezbollah juga mengaktualisasikan kepatuhan horisontal terhadap konstitusi negaranya. Mereka memposisikan diri secara cermat dan tepat sekaligus membuktikan diri sebagai anasir penting bangsa.

Sejarah menjadi saksi, bagaimana komunitas muslim Syiah Hezbollah selalu tampil terdepan dalam membela kedaulatan negara dan gigih menghadang agresi brutal asing. Kontribusinya dalam membangun Lebanon dalam segala sektor juga sudah tak diragukan lagi.

Bagi setiap individu penyusur Jalan Kesucian di bumi pertiwi Indonesia, kedua paradigma kepatuhan itu semestinya dipegang teguh dan dijadikan “harga mati”, berupa kepatuhan universal sebagai umat, maupun kepatuhan teritorial sebagai bagian integral dari suatu bangsa dengan jatidiri khas dan komitmen kebangsaan menjulang tinggi.