AZERBAIJAN - IRAN : SEAGAMA TAK MESTI KAWAN
Masih ingat tawuran Armenia vs Azerbaijan beberapa waktu lalu? Ya, konfrontasi militer keduanya pecah seputar siapa pemilik sah wilayah Nagorno-Karabakh.
Menariknya, saat itu Republik Islam Iran justru terlihat cenderung memihak Armenia. Mungkin tak sedikit orang yang geleng-geleng kepala. Sebab, Iran adalah republik Islam dan mayoritas penduduknya Muslim bermazhab Syiah. Sementara populasi Armenia sendiri mayoritas Kristiani.
Lantas, mengapa Iran tak memihak Azerbaijan yang malah mayoritas penduduknya sama-sama Muslim bermazhab Syiah? Kini, misteri itu mulai terkuak. Azerbaijan tak lain dari negara proksi rezim palsu "Israel", musuh utama Iran.
Belakangan, Iran kian intensif merespon kasak-kusuk mengancam dari tetangganya itu. Bahkan, demi memperlihatkan kesiapan penuh menjaga kehormatan dan kedaulatannya, sejak Jumat lalu (1/10) Iran menggelar latihan militer gabungan besar-besaran di dekat perbatasan dengan Azerbaijan.
Kita tahu, Iran punya paradigma khas mengenai agama dan negara. Semua itu merupakan buah dari mazhab Syiah yang rata-rata dianut masyarakatnya sekaligus produk sejarah emasnya berupa Revolusi Islam.
Kendati punya kesamaan dalam istilah dikarenakan beberapa prinsip, namun sebagai perkara abstrak dan terbuka, agama sendiri tidak otomatis identik dalam persepsi masing-masing penganutnya. Maka, tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa setiap orang punya "agama sendiri-sendiri".
Di sisi lain, faktor pengikat suatu komunitas hingga masyarakat tak hanya agama (entitas abstrak yang dipersepsi sendiri-sendiri). Tanah (entitas konkret) sebagai tempat bertahan hidup komunal lintas agama juga dapat menjadi faktor pengikat. Bahkan bagi sebagian pihak, ikatan tanah jauh lebih kohesif ketimbang ikatan agama. Chauvinisme hingga fasisme adalah contoh ekstrimnya.
Ideologi dan sikap rezim suatu negara adakalanya tak mencerminkan, bahkan melawan, cita agama dan sikap rakyatnya. Di sini, rezim Baku (Azerbaijan) menjalin hubungan diplomatik yang begitu mesra dengan rezim-reziman "Israel". Padahal, rezim kolonial zionis itu sendiri pada faktanya merupakan entitas ilegal yang menjajah dan menganiaya Palestina sejak 1948.
Kemesraan rezim baku dengan rezim palsu itu jelas-jelas mengancam keamanan domestik Iran, tepat di sebelah pagar. Maka, perlu bagi Iran untuk melakukan manuver latihan militer berskala besar sebagai pesan kuat bahwa Iran tak main-main dengan siapapun yang akrab dengan rezim ilegal zionis. Di sini, Iran menarik garis merah, bahwa kesamaan agama bahkan mazhab tak memiliki arti di hadapan kewajiban melawan serta mengenyahkan zionis dan zionisme.