Konspirasi AS dan Israel menjepit Iran terus berlanjut. Laporan situs koran Haaretz mengenai kontrak pengiriman senjata seharga 100 juta dolar antara Rezim Zionis Israel dan Azerbaijan mengundang berbagai reaksi baik di dalam negeri dan regional bahkan transregional.
Koran Hurriat Turki menurunkan laporan protes warga Armenia mukim Amerika atas kontrak penjualan senjata Zionis Israel ke Azerbaijan. Tidak cukup memprotes, mereka meminta etnis Yahudi Azerbaijan untuk mencegah transaksi yang tengah berlangsung antara Azerbaijan dan Israel.
Warga Armenia mukim Amerika menilai penjualan senjata Israel ke Azerbaijan dan segala bentuk kontrak persenjataan antara Tel Aviv dan Baku bakal menciptakan perang baru di kawasan Kaukasus.
Mantan Ketua Dewan Direksi Asosiasi Armenia di Amerika dalam sebuah makalah dengan judul “Dukungan Berbahaya Israel atas Azerbaijan” mengungkapkan kekhawatirannya atas penjualan persenjataan militer Israel ke Azerbaijan. Menurutnya, setiap penjualan senjata, khususnya dari Israel ke negara ini merupakan langkah provokatif yang dapat menciptakan bahaya di kawasan Kaukasus.
Kekhawatiran warga Armenia di Amerika, para pakar politik Armenia dan bahkan para pejabat Yerevan akan kerja sama militer Israel-Azerbaijan kembali pada kinerja Israel yang menciptakan krisis di Georgia.
Para pemimpin Armenia masih ingat betapa penjualan senjata Israel ke Georgia dan dukungan logistik ke Tbilisi merupakan dua faktor asli perang antara Georgia dan Rusia. Dua faktor itu pula yang membuat Georgia berani melakukan petualangan berbahaya dalam transformasi politik dan keamanan regional.
Kekhawatiran juga menghinggapi kalangan politik regional, khususnya Armenia menyaksikan bagaimana Azerbaijan mempersenjatai dirinya yang mungkin berujung pada krisis baru di Kaukasus.
Hal ini terlihat saat Azerbaijan menjual banyak cadangan energi dan sumber-sumber nasionalnya, sementara presiden Azerbaijan terkadang menyatakan akan menyelesaikan krisis Karabakh lewat jalur militer.
Kini Amerika dan Zionis Israel menatap krisis Karabakh sebagai suatu kesempatan emas. Di satu sisi, krisis itu memberikan kesempatan untuk mendapatkan sumber-sumber energi yang lebih murah dan bisa lebih menginfiltrasi jauh ke kawasan Kaukasus. Sementara di sisi lain, krisis Karabakh dapat menjadi pasar potensial penjualan senjata militer.
Di sini, Azerbaijan sebenarnya memainkan peran penyambung rantai perjanjian bantuan tidak langsung Amerika guna menghidupkan industri senjata Zionis Israel. Hal itu dilakukan Azerbaijan dengan meningkatkan kemampuan finansialnya lewat kontrak-kontrak perminyakan yang ditandatangani dengan Amerika dan Eropa dari satu sisi dan kontrak pembelian senjata dari Israel dari sisi lain.
Kondisi ini tidak saja memperluas ketegangan regional, namun periode damai dengan senjata baru saja di mulai di kawasan. Kaukasus kini akan berubah menjadi gudang-gudang senjata yang tombol peledaknya berada di tangan Washington dan Tel Aviv.(irib)