BABAK BARU EKSTREMISME

BABAK BARU EKSTREMISME
Photo by Unsplash.com

Aksi teror di Afganistan, Pakistan dan lainnya biasanya menyasar kelompok Muslim yang sedang memperingati Asyura dan upacara khas kelompok Muslim yang dianggap sesat dan murtad lainnya.

Namun aksi biadab di Kabul kemarin terjadi di bulan Rabiul Awal dengan sasaran sekelompok umat Islam yang sedang memperingati Hari Kelahiran Nabi SAW di Kabul.

Karena itu, aksi pembantaian ini bisa dianggap sebagai sebuah babak baru dalam ekstremisme dan takfirisme dengan sasaran yang lebih luas dan tak lagi sektarian dengan sasaran partikular.

Rupamya, sebagian orang jumud khariji ini tak hanya menganggap merayakan kelahiran manusia pembawa agama yang dianutnya sebagai bid'ah tapi kejahatan.

Bila memperhatkan dengan seksama, bisa dipastikan bahwa di balik propaganda masif pengkafiran, pensyirikan dan penyesatan serta pembid'ahan terhadap upacara-upacara penghormatan kepada Nabi SAW di Indonesia dan lainnya ada sebuah rencana matang melenyapkan agama yang rasional, toleran serta resisten terhadap kezaliman ini dengan jargon "pemurnian Islam".

Rencana kedua berikutnya adalah mengganti substansinya dengan ajaran yang sama sekali berbeda demi tujuan hegemonik dengan kedok "Kembali ke Salaf" yang tak lain adalah menjadi jelata relijius pengusung teologi honor dan doktrin teror.

Sayangnya, sebagian masyarakat terutama kalangan menengah yang mulai keranjingan relijiusitas tanpa logika mudah silau dan mudah terpesona oleh eksploitasi visualiasi relijiusitas dengan modal satu atau dua paragraf teks disebut hadis yang moncrot dari liang mulut beberapa figur panggung dan video yang mahir beratraksi retorika dengan kutipan-kutipan berbahasa Arab.

Sayang lagi, kesadaran mayoritas umat Ahlussunnah untuk mengantisipasi dan menghalangi fenomena negatif ini terkesan terlambat dan tidak sistematis. Justru sebagian pemuka dan ulama mereka sibuk menyesatkan kelompok Muslim yang tidak membid"ahkan Maulid dan tradisi mereka.

Singkatnya, situasi umat Islam di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan dan mengkhawatirkan.

Read more