Skip to main content

Banyak orang yang miskin informasi dan wawasan tapi tidak bisa menahan syahwat mulut sehingga sering membahas masalah tapi tanpa dasar pengetahuan yang memadai, bahkan kadang tidak hanya itu, memberikan penilaian yang bisa berakibat pencemaran nama baik, pembunuhan karakter, pembodohan publik dan kezaliman masal.

Salah satunya mengeneraliasai pengertian kata “kekerasan” dengan meganggap semua jenis upaya perlawanan sebagai tindakan kekerasan yang pasti negatif dan mesti ditumpas.

Sudah pasti, menurut standar logika umum, generalisasi yang berarti hukum “hantam kromo” adalah invalid, ngawur dan pandir, namun tidak sedikit orang yang tertular virus “generalisasi”. Padahal kita semua tahu bahwa tidak semua kekerasan negatif dan ada kalanya perlawanan bersenjata merupakan sesuatu yang mulia. Salah satunya adalah perjuangan meraih kemerdekaan dan perang demi mengusir penjajah. Dalam perjuangan itu, ada darah, ada pahlawan yang gubgur, ada anak yang menjadi yatim, wanita yang menjanda dan kesengsaran yang mungkin diderita oleh banyak pihak. Tindakan represi atas nama penegakan hukum seperti menindak tergas perusuh dan kirminal adalah “kekerasan” yang tidak hanya bukan negatif, malah sebuah kemuliaan.

Falasi lain yang juga sering disemburkan oleh media Barat yang tendensius adalah menganggap semua kelompok perlawanan bersenjata di dunia Islam sama. Tak habis-habisnya sentra-sentra pembodohan seperti CNN, reuters, AP, AFP dan lainnya mengaanggap Hamas yang berjuang demi mempertahankan Palestina dari pendudukan Isarel atau Hezbollah yang angkayt senjata demi mengusir Israel sama persis dengan gerombolan Taliban di Afghanistan yang selama berkuasa membunuh hampir satu juta Muslim Syiah dan menghancurkan situs-situs sejarah Budha atau Alqaeda yang tdak pernah melemparkan satu peluru pun ke dada tentara Israel malah melakukan pembantaian secara sadis terhadap warga sipil Irak hanya karena tidak memiliki pandangan keagamaan yang sama dengan mereka.

Generalisasi dan analogi serampangan telah menjadi sarana yang efektif dalam mengeruhkan opini umat Islam sehingga umat Islam pun menjadi korban dis-informasi dan sekaligus menjadi objek intimidasi atas nama kekerasaan dengan derfatnya seperti teroris dan sebagainya.

Hamas dan Hezbollah berjuang berdasarkan nasionalisme yang hakiki sebagaimana para pendiri Indonesia saat mengusir VOC dan cecunguknya. Sedangkan gerombolan Taliban dan pasukan dekil Salafi ekstrem yang kini mulai menjadikan umat Islam  sebagai target apa yang disebutnya jihad adalah produk zionisme dan imoperalisme Amerika karena menjadi kartu tekan terhadap bangsa-bangsa yang masih memiliki harga diri dan kesadaran tentang betapa mahalnya pekikan “Merdeka!!!”