Benazir Dibunuh karena Politik atau Gender?

Benazir Dibunuh karena Politik atau Gender?
Photo by Unsplash.com

benazir_bhutto.jpg

Inna lillah. Mantan PM Pakistan, Benazir Bhutto, tewas bersama sekitar 20 orang lainnya dalam sebuah serangan bom bunuh diri di Rawalpindi saat melakukan kampanye menjelang pemilihan presiden.

Sebelumnya, Bhutto lolos dari bom bunuh diri di Karachi ketika pulang ke kediamannya, Oktober 2007. Saat itu, Bhutto baru saja tiba di bandara Pakistan dari pengasingannya di luar negeri selama delapan tahun. Sebanyak 150 orang tewas kala itu.

Banyak spekulasi yang muncul di balik peristiwa pembunuhan itu. Tudingan dialamatkan kepada Alqaeda karena ini adalah aksi bunuh diri. Benazir dibunuh karena Alqaeda, yang makin kuat di Pakistan, menentang pemimpin perempuan. Ada pula yang beranggapan bahwa Amerika memang ingin mendongkel Musharraf yang mulai telihat kehilangan pengaruh politik dengan mengorbankan Benazir sebagai ikon people power yang berujung pada chaos. Dua spekulasi ini bisa koheren. Alqeda yang anti modrnitas mendukung skenario menyingkirkan Musharraf. Dari pembunuhan ini organisasi jadi-jadian ini dapat tida keuntungan, yaitu, pertama, menyingkirkan perempuan dari pentas politik Pakistan; kedua, menyudutkan Musharraf yang sebelumnya sangat dilindungi AS; ketiga, menciptakan instabilitas di Pakistan dan Afghanistan.

Berikut Kronologi terakhir Sejak Kepulangan Benazir

26 Maret:

Unjuk rasa bersama antara partai pimpinan dua mantan perdana menteri yang hidup di pengasingan, Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif.

3-10 Juli:

Pasukan Pakistan mengepung Masjid Merah yang disebut-sebut pro-Taliban di Islamabad, seminggu kemudian diserbu. Lebih dari 100 orang tewas.

20 Juli:

Bhutto dan Musharraf menggalang pertemuan rahasia di Abu Dhabi, mendiskusikan kemungkinan pembagian kekuasaan dengan mengenyampingkan Sharif.

18 Oktober:

Bhutto pulang ke Karachi setelah di pengasingan di Abu Dhabi selama delapan tahun. Dua serangan bom bunuh diri membubarkan pawai untuk menyambut kedatangannya, 139 warga terbunuh.

31 Oktober:

Bhutto mengaku telah mendengar rumor bahwa Musharraf akan menerapkan status keadaan darurat negara dan memaksanya menunda kunjungan ke Dubai. Bhutto pergi ke Dubai esoknya.

3 November:

Musharraf menetapkan negara dalam keadaan darurat, membekukan konstitusi dan menahan tokoh oposisi, menuduh mereka sebagai kelompok esktremis Muslim dan mengganggu proses hukum.

4 November:

Polisi menyerbu kelompok oposisi. AS sebagai sekutu Musharraf menyatakan prihatin.

7 November:

Bhutto mengumumkan rencana aksi unjuk rasa massal.

9 November:

Beberapa jam sebelum rencana unjuk rasa di Rawalpindi, polisi mengenakan tahanan rumah kepada Bhutto, namun kemudian dicabut.11 November:

Musharraf mengatakan parlemen akan dibubarkan pada 15 November dan pemilu akan digelar pada awal Januari 2007.

12 November :

Bhutto memulai pembicaraan pembagian kekuasaan dengan Musharraf. Bhutto kembali dikenai tahanan rumah untuk mencegahnya memimpin aksi unjuk rasa.

13 November :

Untuk kali pertama Bhutto meminta Musharraf mundur. Dia menyatakan tidak akan pernah mau berada di bawah Musharraf sebagai Perdana Menteri.

16 November :

Bhutto dilepaskan dari tahanan rumah. Wakil Menlu AS, John Negroponte, berbicara dengannya melalui telepon.

26 November :

Bhutto dan Nawaz Sharif mengisi lembar pencalonan mereka dalam pemilu. Kantor Musharraf mengumumkan dia akan mundur dari ketentaraan pada 28 November dan menjadi pemimpin sipil.

27 Desember:

Bhutto terbunuh dalam serangan bom bunuh diri saat kampanye pemilu di Rawalpindi.

Read more