Skip to main content

Manusia adalah hewan berakal. Sebagian dari hewan berakal ini mengaktualisasi akal potensialnya dengan berpikir.

Berpikir adalah aksi menyusun pikiran. Ia adalah aktivitas khas bahkan tunggal spesies manusia.

Aktivitas berpikir atau pemikiran memerlukan tiga elemen, yaitu subjek (yang berpikir), objek (yang dipikirkan) dan pikiran.

Subjek adalah diri manusia yang berpikir alias diri pemikir. Dialah subjek pemikir.

Objek adalah apapun di luar subjek. Ia disebut realitas, kenyataan dan fakta. Banyak juga yang menganggapnya sebagai kebenaran.

Pikiran adalah citra abstrak yang tercetak dalam benak subjek secara inheren (kehadiran) dan dan melalui pengenalan terhadap apapun di luar dirinya (objek) melalui sensasi (penginderaan).

Pikiran-pikiran menggambarkan dua objek partikular personal dan objek universal impersonal dengan dua macamnya.

Setelah berpikir, tersusunlah pikiran-,pikiran dalam benaknya. Karena terdorong untuk mempengaruhi juga merespon, manusia menyampaikan pikiran-pikirannya. Terjadilah aksi mutual saling menyampaikan pikiran. .

Aktivitas menyampaikan pikiran kepada pihak lain, individu dan kelompok disebut komunikasi.

Pola dan sarana alias media komunikasi selama beradab-abad berlangsung secara fisikal melalui pengucapan lisan dengan respon pendengaran dan penulisan dengan respon pembacaan.

Karena info dan pesan adalah ide dalam benak, dan karena ide adalah makna tentang sebuah fakta, maka diperlukan kata tertentu yang disepakati sebagai penanda konkret bagi sebuah fakta. Itulah bahasa.

Karena bahasa tak hanya menetapkan kata sebagai penanda bagi setiap fakta, namun juga menetapkan aturan (gramatika) penyusunannya, metode penyampaiannya, dan kaidah penggunaannya berupa metode pengucapan dan metode penulisan.

Penulisan karena bergantung kepada perangkat yang lebih banyak dan lebih diperhatikan oleh pembaca, dianggap lebih sulit dan lebih komplek. Sedangkan pengucapan, karena kerap dilakukan secara spontan dan lebih banyak oleh manusia juga tidak memerlukan banyak perangkat, dianggap lebih mudah. Sangat mungkin penyusunan kata atau berbahasa melalui pengucapan dianggap lebih mudah karena kesalahannya lebih dimaklumi. Yang pasti, penulisan lebih disuka oleh peniru dan penjiplak ketimbang pengucapan dengan suara.

Sebagian orang hanya sibuk menyusun dan menyampaikan ide berupa pesan atau info melalui penulisan tanpa mematuhi kaidah penulisan. Akibatnya, yang hendak disampaikannya melalui rangkaian kata tertulis atau tulisan itu tak tersampaikan secara utuh atau benar.

Kesalahan menyikapi yang tak jarang mengundang konflik yang lebih besar dalam rumahtangga dan lainnya adalah indikator kesalahan menyampaikan (memahamkan) dan kesalahan memahami. Kesalahan dalam menyampaikan dan kesalahan dalam memahami bersumber dari salah satu dari dua; keterbatasan penulis dan pembaca dalam menghimpun makna kosa kata dalam sebuah bahasa dan ketakdisiplinan penulis dan pembaca dalam menyusun kosa kata.

Salah satu contoh ketakdisiplinan adalah kesalahan dalam menulis kata “di”. Kata “di” sebagai kata khas penunjuk tempat seperti “di Surabaya yang ramai” dan penunjuk waktu seperti “di malam yang sunyi” harus dipisahkan dari kata setelahnya, bukan “disurabaya” dan “disore”.

Kesalahan umum terjadi saat kata di dan sini dan sana disambung (disini, disana, dimana) yang mestinya dipisahkan seperti di sini, di sana, di mana.

Sedangkan kata “di” sebagai kata penunjuk objek sebuah tindakan, seperti beri dan ambil harus digandengan tanpa jarak, seperti diberi dan diambil, bukan di beri dan di ambil kecuali bila beri dan ambil adalah nama tempat atau waktu.

Kesalahan umum terjadi saat kata di dan kata kerja setelahnya dipisahkan (di beri, di ambil) yang mestinya disambungkan (diberi, diambil).

Kadang posisi “di” menjadi problematik bila kata setelah bisa digunakan untuk tempat juga perbuatan, seperti kata “penjara”. “Dipenjara” bisa dipahami “dipenjarakan” juga “di penjara” (berada di penjara), meski tetap yang benar adalah kata “di penjara” bukan “dipenjara” dan “dipenjarakan”, bukan “di penjarakan”.

Kata adalah etalase pikiran. Pikiran adalah buah akal. Akal adalah elemen penting jiwa.