"BERSIKAPLAH REALISTIS!"

"BERSIKAPLAH REALISTIS!"

Pemimpi seperti kita sering mendapat motivasi, “Bersikaplah realistis.”

Ia adalah kata ejektif dari realitas dan realis. Jika kita kembali ke kamus filsafat dan linguistik, kata realitas mengacu pada apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sebenarnya ada.

Dalam filsafat, bersikap realistis berarti menegaskan bahwa keberadaan tidak bergantung pada pengetahuan kita tentangnya, karena keberadaan adalah selain persepsi, atau keberadaan adalah selain dari pikiran, dan keberadaan tidak dapat diambil dari pikiran. Keberadaan ini tidak dapat diungkapkan dalam batas-batas logika dan mental. Dalam konteks ini, realitas didefinisikan sebagai eksistensi faktual yang berpasangan dengan eksistensial mental.

Terlepas dari itu, menurut saya, "bersikap realistis" adalah pernyataan problematik yang tak berkaitan dengan filsafat secara niscaya karena tak mungkin sikap dibangun tanpa pikiran.

Selain itu, "bersikap realistis" dalam pengucapannya kerap ditujukan sebagai ajakan "bersikap pragmatis" bahkan "oportunis" dengan mengabaikan norma moral dan mengacuhkan hukum legal.

Dalam masyarakat yang tanpa sadar menganut pandangan materialsme, pragmatisme diterima sebagai sistem nilai. Karena itu, orang yang mematuhi norma moral dan mengikuti prosedur dilukiskan sebagai idealis dengan makna "utopis".

Sikap realistis kerap pula dipahami sebagai apatis, kompromistis dan fatalis bergantung kepada konteksnya.

Read more