BINCANG SEMEJA DENGAN BAMUKMIN
Pandangan keagamaan dan sikap saya terhadap dinamika politik dan sosial domestik sudah cukup jelas. Sedemikian jelas sikap itu, saya bahkan selalu dianggap sebagai "otak" di balik beberapa aktivis medsos yang getol menentang intoleransi, khilafah, politisasi agama dan sebagainya. Meski mereka adalah teman-teman yang menghormati saya bahkan menganggap saya sebagai guru. mereka terlalu cerdas untuk diarahkan oleh orang biasa seperti saya.
Meski sikap saya seputar isu-isu agama, mazhab dan politik domestik sangat jelas, saya tak pernah memberikan penilaian general dan final terkait dinamika politik seraya berusaha menyisakan titik temu dalam isu yang melampaui perbedaan agama, mazhab, sikap politik dan lainnya. Karena itu, tidak ada yang baru dari itu ketika saya diminta untuk bertandem dengan orang yang berbeda dalam menyikapi isu politik domestik.
Saya tak pernah mempersoalkan level intelektual orang karena itu subjektif dan jauh dari kepatutan moral. Dasar pertimbangan menghadirkan narasumber dalam podcast itu bukan kompetensi juga analisanya tapi efek sebaran dari tokoh yang merepresentasi sebuah elemen besar dalam masyarakat yang sudah terpolarisasi. Ini juga dapat menjadi isyarat halus bahwa komunitas ini bersikap toleran inklusif dalam melihat dinamika politik tanpa membatasi hak setiap individu menentukan sikap politik yang dinamis, subjektif dan relatif.
Diperintahkan duduk semeja dengan siapapun untuk bicara tentang Palestina, saya siap. Isu Palestina mulai diabaikan bahkan dicemooh dan para pejuangnya dicap teroris oleh sekomplotan orang yang rabun nilai tak bedakan ekstremisme yang merupakan produk AS demi menjustifikasi islamophobia dan gerakan resistensi terhadap rezim apartheid dan hegemoni imperialis AS. Karena itu, diperlukan sebuah terobosan baru dalam melawan narasi keji orang-orang nasionalis palsu itu.
Saya juga tak pernah merisaukan penerimaan atau penolakan apalagi popularitas karena sejak memastikan diri sebagai prajurit, aneka risiko sudah dan akan terus menjadi konsekuensi yang harus diterima dari sebuah pilihan.
Ini bukan soal suka atau tidak, selevel atau bukan, tapi ini adalah soal kepatuhan. Inilah alasan yang lebih mendasar bagi saya.