BUKAN "SAPI ADUAN"

BUKAN "SAPI ADUAN"

Saya pribadi tidak gembira bila seseorang non Syiah mendadak rajin membikin dan menyebarkan konten-konten yang terkesan memihak pandangan Syiah dalam kasus-kasus sejarah dan lainnya, terutama tentang konflik sahabat.

Mendaur ulang narasi isu-isu perbedaan mazhab adalah kontraproduktif dan irrelevan juga dapat diduga sebagai monetisasi polemik mazhab dan kapitalisasi konflik.

Bukan rahasia, bila yang bicara pedas tentang "poro sohabat" bukan Syiah, dibiarkan bahkan dipuji kritis dan jadi tenar. Bagi kaum Syiah, perbedaan dalam penyikapan terhadap perilaku dan konflik pasca wafat Nabi teragung dan termazlum SAW bukan sekadar kisah seru dan heboh untuk dikontenkan, tapi merupakan konsekuensi dari prinsip aksiomatik otoritas sakral, bukan soal suka dan tidak suka kepada individu-individu sahabat.

Dalam dunia medsos yang sinting ini, kebencian dan kehebohan adalah industri. dicaci dan dibenci berarti diberi duit. Yang sangat mungkin terkena dampak sosialnya adalah komunitas Syiah yang sudah move on dari chapter one dan beranjak ke next level, yaitu ideologi resistensi terhadap zixnisme, imperialisme, kapitalisme, neokolonialisme, rasisme dan semua ideologi kegelapan. karena bagi mereka persatuan lebih penting daripada diakui tidak sesat.

Belajar dari SHN di bawah arahan SAK, komunitas Syiah lebih menghormati Ismail Hani@ah dan Yahya Sxnwar yang sunni ketimbang ulama Syiah yang hanya mengulang-ulang pembahasan isu sentitif dalam polemik mazhab.

Komunitas Syiah tak lagi cemas dengan penyesatan tapi cemas dengan hilangnya empati dunia Islam terhadap rakyat Palestina.

Siapapun dengan logika bisa memilih doktrin. pandangan yang diyakini benar tanpa memvonis pandangan lain yang tak dipilihnya, apalagi dalam situasi yang menuntut fokus kepada prioritas dan agenda bersama umat.

Orang yang memilih sebuah doktrin dan pandangan dengan logika tak makin mantap dengan pilhannya karena didukung dan tak kian lesu dengan pilihannya karena dikecam.

Read more