Hai kamu… Ya kamu.. Aku shalat seperti kamu. Yang kusembah juga sama dengan sembahanmu. Bukankah aku lebih pantas kau anggap saudara ketimbang yang tidak shalat dengan caramu dan caraku?
Hai kamu… Ya kamu… Aku menutupi tubuhku dengan jilbab seperti kamu. Yang kuanggap non muhrim sama dengan anggapanmu. Bukankah aku lebih pantas kau anggap saudara daripada yang tidak memakai jilbab seperti kamu pakai dan aku pakai?
Bila kamu marah dan mencaci orang yang berbeda keyakinan denganmu karena cintamu kepada keyakinan, mungkin dia justru geli atau terenyuh mengagumi besarnya cintamu kepada keyakinanmu.
Bila kamu menganggap orang yang berbeda keyakinan denganmu sebagai calon penghuni neraka, mungkin alamat dan “ancer2” sorga yang dipegangnya tidak sama dengan yang kamu pegang.
Bila kamu menganggap orang yang berbeda keyakinan denganmu sebagai kafir dan calon penghuni neraka, mungkin dia memang tak ingin sesorga dengan pengkafir sepertimu.
Bila merasa sangat mantap dengan keyakinanmu sehingga bersikeras memaksa orang lain mengikutimu, mungkin orang lain justru makin mantap dengan keyakinannya karena pemaksaanmu.
Bila orang lain tidak bergabung dengan kelompokmu, jangan menuduhnya tak cinta agamanya. Dia mungkin tidak menemukan alasan logis untuk bergabung.
Bila orang lain memilih metode beragama yang berbeda dengan metode beragamamu, jangan teriak2 kalap. Dia mungkin tidak ingin jadi seperti kamu.