Buku 'Pirates of Human Rights': Potret Buram HAM Amerika Serikat

Buku 'Pirates of Human Rights': Potret Buram HAM Amerika Serikat
Photo by Unsplash.com

pirates-of-human-rights.jpg pirates-of-human-rights.jpg

pirates-of-human-rights.jpg

Pirates of Human Rights memang bukan cerita fiksi yang menghibur, tapi memuat sebuah reportase yang dikumpulkan melalui investigasi yang sungguh-sungguh. Laporan-laporan autentik dan data valid yang memadati lembar-lembar buku terbitan CITRA ini bisa membuat mata kita terbelalak.

Pelanggaran hak-hak asasi manusia oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap orang-orang dari berbagai belahan dunia dalam apa yang dinamakan “perang melawan teror” tidak dapat disamakan dengan pelanggaran hak asasi manusia oleh suatu pemerintahan kecil dalam teritori yang terbatas.

Situasi-situasi mengerikan di tempat-tempat seperti Teluk Guantanamo, Bagram, dan cerita-cerita tentang pusat-pusat penahanan rahasia di seluruh dunia akan berdampak negatif terhadap struktur konseptual dari hukum internasional tentang hak asasi manusia dan aplikasinya di seluruh dunia.

Bahkan lebih buruk lagi, hal itu akan digunakan sebagai sebuah referensi oleh sebagian orang, dengan membuat interpretasi-interpretasi represif menyangkut ketentuan-ketentuan hukum internasional tentang hak asasi manusia dalam budaya unilateralisme yang kini berkembang.

“Saya sudah berada dalam dinas kemiliteran selama 32 tahun. Inilah kali pertama saya merasa justru berada dalam lingkungan Mafia.”

( Mayor Jenderal Antonio M. Taguba, perwira penyelidik kasus penyiksaan tahanan di Abu Ghuraib)

“Sistem tradisional dari keyakinan dan pemerintahan kita tanpa bisa dihindari lagi tengah menuju kebangkrutan moral.”

( Ted Rall, analis dan kartunis politik Amerika)

Air mata saya mengalir.”

( Michael Ratner, presiden Center for Constitutional Rights Amerika Serikat, mengenang momen ketika Kongres meloloskan Military Commission Act yang menghapuskan hak seseorang untuk mempersoalkan penahanannya— habeas corpus)

Read more