BURUH DAN MODAL. Saya sempat mempertanyakan hubungan antara kaum buruh dan lembaga-lembaga donor dunia yang mendanai dan mendorong gerakan mereka. Sekilas hubungan ini cukup membingungkan.
Semula yang terkesan adalah bahwa NGO yang mengedukasi kaum buruh untuk menunut perbaikan nasib adalah pihak yang berhadap-hadapan dengan sentra-sentra modal. Terkesan pula semula bahwa yayasan-yayasan dan lembaga donor dunia itu sangat peduli terhadap problema kemanusiaan dan kesejahteraan buruh.
Setelah berdiskusi dengan beberapa teman aktivis dan intelektual, saya berusaha menyusun sebuah hipotesa yang mungkin tidak bisa dianggap sebagak kesimpulan objektif.
Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang suka atau tidak, telah berlaku dalam segala bidang, mulai dari industri berat sampai virtual. Modal dalam terminologi kapitalisme modern bukan hanya uang dan alat produksi tapi juga perangkat-perangkat penunjangnya, termasuk isu kemanusiaan, hukum, pendidikan dan doktrin agama (sejauh yang bisa dikapitalisasikan).
Salah satu strategi dan modus sentra kapitalisme untuk memperoleh modal sebanyak mungkin dengan cara semudah mungkin adalah menciptakan instabliitas.
Advokasi dan edukasi hak buruh melalui NGO pembela kaum buruh melalui organisasi serikat buruh memantik kesadaran untuk melakukan protes dan tuntutan perbaikan nasib dan kesejahteraan kepada Pemerintah selaku pihak yang menetapkan regulasi ketenagakerjaan terkait UMR, kepada DPR terkait UU Perburuan dan kepada pengusaha sebagai pemilik modal.
Boleh jadi kegamangan Pemerintah dalam merespon tuntutan terus menerus tesebut karena pengaruh besar kelompok pemodal dalam kebijakan negara menimbulkan kekecewaan yang luas. Disinilah instabilitas menjadi penentu turunnya harga buruh karena sekuritas yang rentan dan jatuhnya kinerja perusahaan lokal akibat aksi mogok dan lainnya yang berdampak terhadap menurunnya kuantitas dan kualitas produk. Saat itulah, perusahaan-perusahaan raksasa akan datang menawaeksn aksi penyehatan dan penyelamatan dengan mengakuis melalui transaksi yang bisa dianggap murah meriah.
Meski terlihat berhadap-hadapan, dalam urutan mata rantai kapitalisme, buruh bersama lembaga-lembaga advokasinya, pemerintah dan pengusaha lokal adalah korban dari Kapitalisme global.
Ikan Marlen dimakan Penguin. Kemudian ia pun dicaplok anjing laut. Lalu singa laut memangsanya. Akhirnya hiu atau orca menelan semuanya dengan menyantap singa laut. Itulah kapitalisme.