CELOTEH "INI KAN AKIBAT" DI BALIK UJARAN KEBENCIAN

CELOTEH "INI KAN AKIBAT" DI BALIK UJARAN KEBENCIAN

Setelah lama bermanis-manis sikap para perawat dengki pun duduk manis menikmati tontonan derita fitnah yang ditimpakan atas sesama seraya melengkapinya dengan teriakan cemooh dan celoteh tajam. Salah satu celotehnya adalah " itu adalah akibat".

Beberapa orang secara vulgar menjustifikasi narasi-narasi kebencian dan penyebaran stereotip yang menimpakan vonis negatif atas satu komunitas (yang kebetulan memiliki identitas etnik, fisik dan historis yang agak berbeda dengan mayoritas) dengan alasan kausalitas sebagai akibat dari perbuatan sejumlah oknum komunitas etnik itu.

Pernyataan apologetik tersebut sekilas terdengar logis, namun ia mengungkap paradoks dan falasi fatal yang bersumber dari hilangnya empati akibat pergeseran nilai dan krisis logika dalam keberagamaan.

Ketika sejumlah individu dari suatu komunitas etnik melakukan tindakan yang salah atau merugikan, seringkali ini dijadikan dasar oleh oknum-oknum lain untuk menggeneralisasi dan menyamakan seluruh komunitas tersebut dengan perilaku yang negatif.

Sangat mungkin orang-orang yang melakukan pembenaran dan menyampaikan penyataan apologetik terhadap rasisme dan hatespeech karena tidak punya pengalaman sebagai korban dalam kekerasan verbal dan semacamnya tidak menyadari konsekuensi negatif dari tindakan diskriminatif tersebut terhadap individu-individu yang tidak bersalah.

Sikap apologetik terhadap rasisme dan hatespeech dapat dimanfaatkan oleh para elit politik atau ideologis untuk memperkuat diskriminasi terhadap komunitas tertentu demi kepentingan politik atau ideologi mereka.

Pendidikan yang tidak menyuruh memahami perspektif orang lain bisa memicu kesalahpahaman dan penilaian yang tidak akurat terhadap suatu kelompok.

Selain itu, media juga dapat berperan dalam membentuk persepsi negatif terhadap suatu komunitas etnik, baik melalui narasi yang bias ataupun penekanan dan pemberitaan berlebihan terhadap tindakan negatif yang dilakukan oleh sebagian kecil individu dari komunitas tersebut.

"Itu adalah akibat", "tak ada asap kalau tak ada api" dan semacamnya adalah pernyataan yang disadari oleh sebagian pembuatnya sebagai salah dan tidak adil namun dengan sengaja dilontarkan karena tak menghendaki pelaku kezaliman dikecam.

Sikap dan pernyataan membedaki kekerasan struktural bila disampaikan di ruang publik apalagi diulang-ulang bukan hanya keliru namun dapat dianggap sebagai dukungan dan anjuran melanjutkan kepada pelaku kejahatan melanjutkan aksi tak manusuawi itu.

Kezaliman terjadi bukan hanya karena ada pelaku dan korbannya tapi juga karena rekan-rekan korban membiarkannya bahkan sebagian bergembira atas itu.

Read more