Dengan mimik yang tenang, Boediono berpidato dengan menyihir banyak orang. Calon wapres SBY ini berpidato tanpa membaca teks. Kalimat-kalimat simbol yang menegaskan bahwa dia muslim yang baik juga ia ucapkan. Bantahan sebagai penganut neoliberalisme juga ia sampaikan dengan kalimat yang datar, tapi mengena.
Boediono, yang saat ini menjadi Gubernur Bank Indonesia (BI) itu memperlihatkan sebagai orator ulung saat berpidato sebagai cawapres SBY dalam deklarasi SBY-Boediono di Gedung Sabuga, Bandung, Jumat (15/5/2009) malam. Dia yang mengenakan peci dan berbaju batik warna merah menyala dan berkacamata itu berpidato dengan didampingi SBY yang mengenakan pakaian yang sama.
Pemantauan detikcom, selama hampir 20 menit, Boediono berpidato secara memukau. Semua orang di dalam ruangan utama Sabuga mendengarkan dengan seksama dan memberikan tepukan berkali-kali.
Memulai pidatonya, Boediono membaca basmalah. Fasih! Setelah itu, Boediono mengucapkan salam dengan kalimat lengkap. Fasih! Saat berpidato, Boediono juga mengucap Allah SWT beberapa kali.
Kalimat-kalimat yang diucapkan pria bergelar profesor doktor ini seakan menegaskan isu yang berkembang bahwa Boediono adalah seorang muslim, tapi abangan. Sebelumnya, dalam pidatonya, SBY juga menegaskan bahwa Boediono adalah muslim yang lurus.
Tutur kata Boediono dalam pidatonya itu juga terlihat teratur dengan bahasa yang sangat mudah dipahami. Dia merendah, tapi memperlihatkan tekad yang kuat untuk menjadi wakil presiden 2009-2014.
“Sejak merintis karir sebagai seorang ekonom dan guru, saya tidak pernah bercita-cita memegang jabatan puncak di republik kita yang cintai ini,” kata Boediono.
Dengan kalimat-kalimat sederhana, Boediono juga menyinggung banyak hal dengan santun. Dia membantah sebagai penganut neoliberalisme, meski tidak dengan kalimat yang langsung. “Butuh peran negara, tidak bisa sepenuhnya diserahkan ke pasar bebas. Selalu diperlukan intervensi dengan aturan main yang jelas dan adil, untuk itu perlu lembaga pelaksana yang efektif. Itu yang harus dilakukan negara,” kata Boediono.
Boediono yang berpeci hitam itu juga memuji SBY dalam memimpin Indonesia lima tahun terakhir. Dia siap bekerja sama dengan SBY, dengan modal tiga tahun menjadi menteri perekonomian SBY. Dia juga memuji SBY yang membuat Indonesia memiliki kebebasan berpendapat dan tidak menolerir pelanggaran HAM.
Di depan ribuan orang itu, Boediono juga memperlihatkan kepada publik bahwa dia piawai dalam berpidato. Dia seakan membantah kesan selama ini bahwa dia kurang bisa berorasi. Tepuk tangan berkali-kali saat pria kelahiran Blitar 66 tahun lalu itu berpidato makin memperlihatkan bahwa Boediono juga bisa menyihir banyak orang.
Di forum yang dihadiri pimpinan parpol dan tokoh-tokoh penting Jawa Barat, seperti mantan Gubernur Jabat Solichin GP, Boediono juga memperlihatkan tentang pentingnya keluarga. “Saya sangat berterima kasih kepada istri saya yang telah memberikan persetujuan atas tugas saya yang baru ini,” ujar dia.
Boediono juga menutup pidatonya dengan kalimat yang pas. “Dengan mengucap bislamillahirrahmanirrahim saya siap bekerja mulai hari ini,” tutup dia. Selama berpidato, Boediono juga selalu memperlihatkan senyuman. (Anwar Khumaini – detikPemilu)