Skip to main content

CINTA IMAGINAL

By September 24, 2016No Comments

Jangan lepas karunia cinta demi menuruti rasa penasaran yang tak lain hanyalah genangan fatamorgana yang terlihat bagai oase.
Jangan tukar emas yang kamu genggam dengan kuningan hanya karena pesona palsu dan kemilaunya yang tak nyata.
Jangan jual cinta yang kau dapatkan dengan perjuangan lama dan pengorbanan panjang di pasar mimpi hampa.
Jangan beri bungkus kekaguman dan ketertarikan visual dan verbal dengan cinta karena ia terlalu mulia untuk jadi bungkus.
Jangan ganti karunia Tuhan berupa cinta tulus yang kau miliki dengan murkaNya berupa ketertarikan terhadap sesuatu yang tak bisa kau miliki.
Kau pantas tertarik dan punya alasan untuk suka. Tapi sadarlah bahwa kesetiaan lebih penting dari suka dan bahwa cinta yang kau dapatkan adalah amanah.
Pergaulan dan persahabatan menjadi mulia dan berguna bila tidak mengurangi nilai dan spirit kesetiaan dan cinta berupa anugerah rumahtangga.
Manusia memang lebih tertarik kepada sesuatu yang belum dimiliki dan belum dinikmatinya meski hakikatnya tidak senilai dengan sesuatu yang telah dimilikinya.
Jangan pernah mengharapkan cinta yang telah kau peroleh itu sempurna. Tapi jangan pula menganggap cinta di luar sana lebih sempurna untuk kau tukar denganya.
Rasa penasaran mendorong manusia yang dirundung kejenuhan, bukan karena daya tarik cinta tapi semata2 karena memburu sensasi, fantasi dan delusinya.
Cinta, suka, rasa tertarik dan serumpunnya memang peristiwa-peristiwa emosional, namun ia harus selaras dengan nalar saat manusia hendak meletakkannya.
Cinta mungkin buta, kata banyak orang. Tapi pecinta dan penerima nya adalah hewan rasional yang tak buta terhadap nalar dan norma.
Nikmatilah karunia sukamu tanpa mengurangi karunia cintamu. Cinta adalah rasa suka yang telah dimiliki. Suka adalah cinta yang tak dimiliki.
Cinta, suka dan ketertarikan dan semacamnya adalah abstrak dan tidak tunduk kepada terma dan forma, tapi ia harus tunduk kepada etika dan agama.
Begitu banyak yang memilih bencana untuk dirinya karena membiarkan rasa dan penasaran terbang bebas dan mendarat di manapun tanpa memperhatikan rambu.
Mencintai motor butut yang telah berjasa dan mengabdi lama adalah manusiawi. Menyukai motor Ducati yang melintas depan mata juga manusiawi.
Yang tidak manusiawi adalah mengganti rasa cinta kepada motor sendiri dengan rasa suka dan mengubah rasa suka kepada motor orang lain dengan rasa cinta.
Bayangkan! Apa jadinya bila setiap orang seenaknya memaknai cinta, suka, tertarik dan sejenisnya tanpa logika, etika dan agama? Kehancuran!
Kini kata “cinta” seakan mantra sakti yang entah bagaimana asal muasalnya menjadi sesuatu yang diperbolehkan menerjang logika, etika dan agama.