Sebagian orang mengidentikkan etika dengan kesantunan dan kelembutan, padahal ketegasan dan penentangan terhadap penindasan juga bagian dari etika.
Sebagian orang mengidentikkan agama dengan kesenduan, kekakuan dan asketisme, padahal kesenangan dan kebahagiaan jadi bagian dari agama.
Banyak orang menganggap kecil itu lemah padahal atom sangat kuat karena kecil.
Banyak orang menganggap abstrak itu tidak jelas padahal karya ilmiah selalu didahului dengan penjelasan singkat tapi komprehensif yang disebut abstrak.
Banyak orang mengutamakan aksi atas teori padahal berpikir dan berteori adalah salah satu aksi.
Banyak orang mengutamakan siapa atas apa, padahal “siapa” adalah “apa” yang disandingkan “si”.
Banyak orang mengutamakan “materi” atas non materi, padahal “materi” sendiri adalah ide, yang niscaya non materi.
Banyak orang menganggap cinta tak ikut logika (supaya bisa menerjang norma kepatutan), padahal setiap kata (termasuk kata cinta) mematuhi logika.
Banyak orang menolak perantara saat berhubungan dengan Tuhan, padahal doa sendiri adalah perantara.
Banyak orang menganggap semua sahabat pasti baik, padahal makna dan kata sahabat sendiri tidak identik dengan baik dan buruk.
Banyak orang menuduh kelompok lain memalsu Al-Quran, padahal tuduhan itu sendiri mengkonfirmasi pemalsuan.
Banyak orang, karena sayang dan merawat anak, menuntut balas jasa, padahal buaya sayang dan telaten terhadap anak dan tak meminta balas budinya.
Banyak orang menyebut pompa air sanyo dan sabun deterjen itu rinso, padahal sanyo dan rinso adalah merek dagang, bukan nama barang.
Banyak orang mengutamakan objektif atas subjektif, padahal “objektif” itu sendiri adalah produk persepsi yang subjektif.
Banyak orang menolak ISIS, padahal sudah terjangkiti isisisme dengan sikap intoleran dan kegemarannya menilai keyakinan orang lain dengan keyakinannya.
Banyak mengaku ateis dan menolak percaya pada Tuhan, padahal yang ditolaknya adalah persepsi irrasionalnya tentang Tuhan.
Banyak yang mengaku tidak bermazhab, padahal ide “tak bermazhab” itu sendiri adalah mazhab.
Banyak orang mengaku menolak percaya pada Tuhan, padahal Ia harus ada lebih dulu supaya bisa ditolaknya.
Banyak orang menganggap kelompok lain itu sesat, padahal dia pastilah sesat dulu supaya bisa menyesatkan orang lain.
Banyak orang merasa membantu orang miskin, padahal hanya menyelamatkan diri dari “rasa bersalah” dan menyamankan diri saat banyak orang susah.
Banyak orang lebih mempercayai keterangan yang mudah dipahami, padahal itu dipahami karena semata-mata cocok dengan keyakinan dia sebelumnya.
Banyak orang membenci sebuah pandangan, padahal kebenciannya hanyalah alasan dia memproteksi diri keterpengaruhan oleh pandangan itu.
Banyak yang berteriak “ikutilah Qur’an & Hadis!”, padahal yang diinginkannya “ikutilah Qur’an & Hadis sesuai penafsiran gerombolan saya.”
Banyak orang mengagumi pendapat seorang tokoh, padahal ia sedang mengagumi pendapatnya sendiri yang sama dengan pendapat tokoh tersebut.