CORONA DAN SKENARIO RESET EKONOMI

CORONA DAN SKENARIO RESET EKONOMI
Photo by Unsplash.com

Bencana pendemi global saat menghancurkan ekonomi dunia, terutama negara-negara yang keluar atau dikeluarkan dari orbit pergaulan internasional. WHO, IMF dan badan-badan yang dikendalikan pusat-pusat hegemoni hanya melayani negara-negara yang mengikuti standar diplomasi pragmatis dengan segala konsekuensinya.

China telah memutuskan untuk menutup jalur ekonomi mereka demi menghentikan penyebaran wabah virus corona (covid-19). Sebagai negara asal wabah tersebut, tentu ekonomi China bakal sangat terpukul.

Setelah hancurnya poros pertumbuhan ekonomi baru (Brazi, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) juga loyonya kesetiaan dan soliditas kontinentalisme Eropa (yang tak lagi uni)akibat Brexit, China adalah satu-satunya rival berat AS.

Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia dan penyumbang hampir sepertiga pertumbuhan ekonomi global, kebijakan ini menimbulkan efek domino bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Iran, sebagai negara paling terkucil dalam pergaulan dunia akibat embargo dan sanksi multi dimensi, dan hanya mengandalkan perdagangan dengan China, rival AS dalam perang dagang dan ekonomi, bisa dipastikan paling terpukul.

Bagi Iran, China adalah perisai atau bahkan proxy-nya dalam laga ekonomi melawan AS. Bagi China, Iran pun adalah gangguan efektif bagi AS di Timteng dan Dunia Islam. Karena itu, China selalu berpartisipasi secara militer, ekonomi dan diplomasi dalam konflk di Timteng dan dalam isu nuklir.

Dalam milter beberapa bulan lalu China, Rusia, dan Iran, menggelar latihan militer bersama di saat tensi hubungan antara Teheran dan Amerika Serikat memanas. Latihan angkatan laut gabungan yang dilaksanakan selama empat hari ini bertempat di Teluk Oman, Beijing dan Teheran.

Dalam ekonomi, sebagaimana dilaporkan oleh The American Enterprise Institute, China telah menginvestasikan US$ 26,92 miliar atau sekitar RP 377 triliun (estimasi kurs Rp 14.000) di Iran dari 2005 hingga 2019.

Bila pendemi Covid 19 ini memukul mundur China dari front resistensi terhadap hegemoni ekonomi AS, maka itu artinya kita sedang berada di arena PD jilid 3 dengan pola baru. Akibatnya bisa diprediksi. Reset ekonomi adalah skenario yang mengemuka. AS ingin dominasi ekonomi dunia tak lagi dibagi dalam dua polar, negara-negara maju dan negara-negara berkembang alias terkebelakang berdasarkan GNP dan pertumbuhan ekonomi liberal yang konvensial, tapi didasarkan pada keunggulan dalam industri 4.0 yang sebagian besar didominasi oleh sejumlah kartel unicorn raksasa AS seperti Google, Facebook dan Amazon.

Bila China tumbang akibat pendemi ini, Iran tak hanya terpukul. Poros resistensi yang dibangun oleh Iran (Suriah, Lebanon/Hezb, Irak/Hash Shabi, Yaman/Ansarallah, Palestina/Hamas dan Jihad Islam) dengan dukungan luar Rusia dan China akan berakhir. Poros ini bukan hanya soal geopolitik dan pengaruh, tapi ia adalah modal ekistensial dan oksigen ideologisnya.

Mungkin Iran adalah target utama karena bertanggungjawab atas runtuhnya wibawa Paman Sam setelah Deal of Century berantakan. Pendemi ini tak lebih dari sebuah bom nukir ekonomi yang dijatuhkan guna menghancurkan satu kelompok dengan efek global. Ini adalah babak baru dunia dengan adidaya ekonomi tanpa rival. It's new world order. Setidaknya itulah skenario yang terbaca.

Read more