Dari Indiana Jones ke Karbela
Jumat malam sambil menunggu pengumuman resmi Pemerintah tentang kenaikan harga BBM dan berita seputar unjuk rasa penolakannya dari radio elshinta, saya bersama dua teman berencana untuk menonton Indiana Jones and The Kingdom of The Crystal Skull. Itung-itung, melepas stress. Mumpung harganya masih Rp 15.000.
Karena mencari tiket yang murah, kami meluncur ke TIM yang kebetulan dekat dari posisi kami di Cawang. "Wah, tiketnya habis," celetuk gadis penjaga loket. Karena merasa penasaran dengan film ini, kami pun casbut dan tancap gas ke Megaria yang tidak jauh dari TIM. Nasib, ternyata tiketnya juga sudah ludes. "Aneh, BBM mau naik, tapi minat untuk cari hiburan tidak menurun," sungut temanku. Akhirnya, kami putuskan untuk ke Seatiabudi. Di perjalanan, suara lembut penjaga loket Setiabudi yang kami hubungi via ponsel memastikan ada lebih dari tiga tiket yang belum terjual.
Ternyata film itu sangat jauh dari ekspektasi kita, dan tidak layak diburu seperti orang kebingungan. Benar-benar mengecawakan. Ceritanya gak mendebarkan. Humornya gak lucu banget. Gerak lambat Horison Ford yang sudah gaek saat lari menghindari serbuan senjata mesin lebih mirip kartun Tom and Jerry. Tapi bukan itu tujuan posting ini.
Di perjalan pulang saat melintasi Manggarai, temanku menyeletuk, "Pertigaan ini menuju Karbela".
Saya sungguh terkjejut. "Masa' nama Karbela ada di Jakarta..! Apakah Jakarta sudah berubah dari Baghadad atau Sadr City?", tanyaku penasaran.
Temanku berusaha meyakinkan saya bahwa memang nama yang tertera di atas jalan itu Karbela. "tapi sebenarnya singkatan dari Karet Belakang," jawab temanku.
Ada ada aja! Bila ragu, anda bisa membuktikan sendiri. Karbela adalah sebutan bule untuk kota Karbala yang juga bernama Neinawa itu.