Panggung linimasa sosmed belakangan lebih mirip arena tinju dengan dua petarung di sudut biru dan sudut merah. Keduanya sama-sama mantap dengan argumen masing-masing.
Dua pendapat yang berlawanan tentang perbuatan seseorang kadang bisa sama-sama benar bila konteks dan perspektifnya berbeda.
Mengapa demikian? Menilai sebuah perbuatan sebagai baik atau buruk tidak semudah memvonis pelakunya, apalagi diliputi oleh ragam misteri.
Ada banyak teori dan aliran filsafat yang berkontes dalam kajian etika dan moralitas di Barat sejak Socrates dengan Stoaisme lalu Aquinas dengan pemikiran Skolastik hingga Barat Modern dengan Aufklarung, dan Timur, terutama Islam.
Namun, secara umum semua teori itu bermuara kepada tiga teori yang menjadi dasar bagi keyakinan, pandangan, pendapat, sikap dan prilaku serta tindakan, yaitu a) utilitas alias manfaat alias kepentingan; b) validitas alias kebenaran data.
Utilitarianisme beranggapan baik dan buruk tidak ditentukan oleh tindakan, namun ditentukan manfaat. John Stuart Mill mendukung teori ini. Nyaris senada dengan teori ini adalah teori Teleologi yang menetapkan tujuan sebagai dasar moralitas perbuatan.
Dari Utilatrianisme lahirlah bayi ekstremnya, yaitu Pragmatisme dalam kebijakan publik terutama dalam politik dan ekonomi. William James disebut-sebut sebagai “embah”nya.
Dasar kepentingan dalam Utilitarianisme bercabang dua; a) egoisme yang menetapkan bahwa tolok ukur moralitas adalah subjek pelaku; b) alturisme yang menetapkan selain subjek diri alias orang lain sebagai dasar kepentingan.
Deontologisme menganggap sebuah perbuatan dianggap baik karena keharusan yang timbul dari nilai kesempurnaan yang terkandung dalam perbuatan itu. Immanuel Kant dan beberapa filsuf Barat mendukung pendapat ini.
Pandangan rasional Islam, sebagaimana disampaikan Ayatullah Muhammad Taqi Misbah Yazdi, menggabungkan dua dasar etika utilitarianisme dan deontologi. Sebuah perbuatan dianggap baik karena ia mengandung nilai kesempurnaan dan kemuliaan pada perbuatan itu sendiri sekaligus kemuliaan tujuan dan manfaat. Pandangan ini komprehensif karena memuat kualitas dan kualitas.