DEATH OF EXPERTISE

DEATH OF EXPERTISE
Photo by Unsplash.com

Sinetron Ikatan Cinta terus-menerus mengundang rasa penasaran para penggemar di Tanah Air. Begitu besar pengaruh magnetik sinetron ini, hingga para emak mengadakan tasyakuran karena pasangan artis pujaan mereka, Aldenaran dan Andin, rujuk dan batal pisah.

Di era serba visual kebodohan karena dimanage tak terlihat sebagai kebodohan. Justru hal serius dan logis terkesan purba, tak menarik dan konyol. Kebenaran kini tak sepenting efek emosional publik. Inilah post-truth.

Yang menakjubkan adalah fenomena banyaknya orang tak tahu tentang suatu perkara tapi berani berpendapat, ngotot mempertahankannya , bahkan mengajak orang lain mendukungnya juga menyalahkan yang tak sependapat.

Post-truth mendorong siapapun untuk berekspresi dan merespon terhadap apapun. Inilah yang disebut "Matinya Kepakaran" oleh Tom Nichols.

Post truth menciptakan society yang dominan, garang dan serba tahu. Bullying, viralitas, like dan unlike adalah penentu strata keningratan digital.

Tak ada lagi norma pakem dalam etika. Yang terjadi adalah kompetisi menjadi influencer. Kegenitan menggantikan kepakaran, kehebohan menggeser otentisitas dan algoritma mengkudeta logika.

Ramai-ramai laki dan perempuan, yang single dan berkeluarga jadi kemayu mendermakan fantasi dengan jingkrak lenggak lenggok dalam persaingan menghirup oksigen post-truth.

Lalu agama di mana? Bagaimana nasib anjuran-anjuran meraih pahala? Hanya klise dan bagian dari proyeksi clickbait.

Dua arus kuat mempolarisasi umat post truth; penikmat delusi matrix dan pecandu relijiusitas robotik.

Sinetron Ikatan Cinta terus-menerus mengundang rasa penasaran para penggemar di Tanah Air. Begitu besar pengaruh magnetik sinetron ini, hingga para emak mengadakan tasyakuran karena pasangan artis pujaan mereka, Aldenaran dan Andin, rujuk dan batal pisah.

Di era serba visual kebodohan karena dimanage tak terlihat sebagai kebodohan. Justru hal serius dan logis terkesan purba, tak menarik dan konyol. Kebenaran kini tak sepenting efek emosional publik. Inilah post-truth.

Yang menakjubkan adalah fenomena banyaknya orang tak tahu tentang suatu perkara tapi berani berpendapat, ngotot mempertahankannya , bahkan mengajak orang lain mendukungnya juga menyalahkan yang tak sependapat.

Post-truth mendorong siapapun untuk berekspresi dan merespon terhadap apapun. Inilah yang disebut "Matinya Kepakaran" oleh Tom Nichols.

Post truth menciptakan society yang dominan, garang dan serba tahu. Bullying, viralitas, like dan unlike adalah penentu strata keningratan digital.

Tak ada lagi norma pakem dalam etika. Yang terjadi adalah kompetisi menjadi influencer. Kegenitan menggantikan kepakaran, kehebohan menggeser otentisitas dan algoritma mengkudeta logika.

Ramai-ramai laki dan perempuan, yang single dan berkeluarga jadi kemayu mendermakan fantasi dengan jingkrak lenggak lenggok dalam persaingan menghirup oksigen post-truth.

Lalu agama di mana? Bagaimana nasib anjuran-anjuran meraih pahala? Hanya klise dan bagian dari proyeksi clickbait.

Dua arus kuat mempolarisasi umat post truth; penikmat delusi matrix dan pecandu relijiusitas robotik.

Read more