DENGKIPEDIA

DENGKIPEDIA

Kedengkian adalah kebencian yang bersumber dari kehendak menghilangkan sesuatu yang dianggap bernilai seperti harta, status dan prestasi pada terdengki atau kehendak merampas sesuatu yang dianggap bernilai dari terdengki untuk dimiliki dan dinikmati meski kadang yang terdengki tak merasa memilikinya atau tak menikmatinya.

Kedengkian pada dasarnya dalam dibagi dua, 1. Kedengkian yang tersimpan atau tak terungkap karena tidak tersedianya kesempatan atau tidak adanya dalih yang dapat dijadikan sebagai kedok pembenaran.

2. Kedengkian yang diungkap setelah disimpan cukup lama karena tersedianya kesempatan dan dalih pembenaran atau karena menguatnya dorongan dalam diri pendengki untuk menikmati sesuatu yang dimilikinya dan dimiliki oleh orang lain.

Penyebab kedengkian dapat dibagi dua :

1. Faktor internal, yaitu penyebab dalam diri :

A. Fisikal dan Mental. Menurut para ahli, perilaku buruk seperti kedengkian bisa berkaitan dengan masalah otak, terutama jika perilaku tersebut berhubungan dengan gangguan kesehatan mental seperti gangguan kepribadian atau gangguan penyesuaian. Dalam beberapa kasus, ketidakseimbangan kimia otak atau gangguan neurologis juga dapat menjadi penyebab perilaku buruk seperti kedengkian. Para filsuf etika dan mistikawan membahas kedengkian sebagai tema penting dalam patologi jiwa.

B. Moral dan spiritual. Kerusakan moral dan korosi spiritual akibat kotornya hati adalah salah satu penyebab tumbuhnya kedengkian. Para ahli etika dan mistik membahas secara rinci dan mendalam tema ini dalam karya-karya mereka.

2. Faktor eksternal, yaitu penyebab dari luar diri. Kedengkian juga bisa diakibatkan oleh kekecewaan karena kegagalan meraih sesuatu yang diidamkan atau karena tidak terwujudnya pemberian sesuatu yang diidamkan dari seseorang atau kelompok.

Kedengkian dilakukan dengan salah satu dari dua format,

1. Kedengkian eksplisit, yaitu yang diungkap secara terbuka dan

2. Kedengkian mplisit, yaitu yang diungkap secara tersembunyi.

Kedengkian eksplisit terbagi metode :

1. Kedengkian verbal, yaitu yang diungkap dengan perkataan;

2. Kedengkian aktual, yaitu yang diungkap dengan perbuatan.

Kedengkian eksplisit terbagi dalam dua level,

1. Kedengkian vulgar, yaitu kedengkian dengan menegaskan pihak yang menjadi target kedengkian dengan fitnah dan ujaran kebencian demi melucuti sesuatu yang ada padanya, seperti memprovokasi publik agar menindas dan mengucilkan bahkan memysnahkan sebuah kelompok tanpa pengeculian dengan dalih kasus pelanggaran moral yang dilakukan beberapa individu di dalamnya.

2. Kedengkian samar, seperti memberikan pernyataan yang mengisyaratkan dukungan atas narasi kebencian dengan kedok mengapresiasinya sebagai hasil penelitian ilmiah.

Kedengkian implisit, terbagi dalam dua level:

1. Kedengkian yang diungkap melalui ekspresi kegembiraan dengan pura-pura melontarkan pertanyaan tendensius tertentu demi menyakiti pihak yang ditanya.

2. Kedengkian yang diungkap dalam sikap acuh terhadap pihak yang menjadi korban ujaran kebencian dan target fitnah.

Sebagian orang memuaskan dorongan kedengkian dalam hati dengan menyemburkan fitnah. Sebagian orang cukup memuaskan dorongan kedengkian dalam hati dengan merasa gembira saat fitnah disemburkan oleh pendengki lain atau hanya tak menganggapnya  sebagai kekejaman.

Orang yang  diam terhadap derita saudara atau sahabat yang menjadi korban kejahatan adalah lebih buruk dari musuh yang menjadi pelakunya.

Jumlah pendengki tak bertambah, bahkan terus berkurang seiring dengan makin difungsikannya logika dan etika terutama di negeri-negeri yang dikenal sekuler. Bila para pendengki terlihat banyak di medsos belakangan ini, maka sebenarnya mereka adalah pendengki asli yang menyembunyikan dalam hati dan baru mengungkapnya ketika menemukan kesempatan.

Read more