Departemen Propaganda Cendana = Televisi Indonesia?
Di milis jurnalisme saya menemukan sebuah posting (Departemen Propaganda Cendana = Televisi Indonesia) menarik tentang Soeharto terutama tentang telivisi Indonesia yang meliput peristiwa wafat penguasa Orba tersebut. berikut isinya:
Semoga Haji M Soeharto mendapat keadilan yang layak di hadapan Allah Swt. Masuk neraka jika memang benar dosanya sebanyak yang dituduhkan rival politiknya, masuk surga jika jasanya memang sebaik apa yang dipaparkan televisi Indonesia.
Sebagai tokoh bsar tak hanya di tanah air, pantas jika Suharto menjadi pusat perhatian di saat wafatnya. Semula saya mengira para desainer program televisi (semua televisi) luar biasa cerdas sehingga sudah menyiapkan program yang tertata, lengkap dengan data dokumenter yang memadai, untuk diputar di sela-sela hari berkabung nasional. Ya, pada mulanya begitu. Sampai kemudian saya lihat jika pola itu serentak, dengan mutu yang rata-rata bagus dan berimbang, diterapkan oleh semua media televisi. Tidak dapat tidak, mereka jauh lebih buruk dari liputan media cetak yang beberapa masih mengambil jarak empati. Bahkan hanya Suhartolah yang sudah dibaptis PAHLAWAN oleh televisi ketika negara belum memutuskan,.seperti dia namakan dirinya sendiri sebagai bapak PAHLAWAN Pembangunan dulu. Lagu-lagu perjuangan dan lagu nasional yang jadi backsound peliputan sungguh-sungguh merubah televisi jadi bagian dari Departemen Propaganda Amerika.
Selamat kepada buruh pertelevisian Indonesia yang tidak mampu melawan kekuatan korporasi pemilik modalnya. Selamat buat keluarga Cendana yang tetap berjaya di udara.
kupu