DIAGUNGKAN KARENA KELAHIRAN IDEOLOGIS

Setiap orang dilahirkan sebagai hamba dan makhluk. Tapi sedikit orang dilahirkan sebagai prototipe dan model sempurna hamba. Ada dua macam model, model sempurna pemimpin, yaitu Al-Husain dan Ali Sajjad dan model sempurna pengikut utama alias kader, yaitu Abbas yang dikenal dengan sebutan Abul Fadhl.
Setiap orang dilahirkan dan mengalami kelahiran biologis sebagai anak, kelahiran antropologis sebagai manusia personal, lkelahiran sosiologis sebagai anggota dalam perkumpulan-perkumpulan homo sapiens. Tapi sedikit orang mengalami kelahiran ontologis, teologis, kosmologis dan ideologis.
Hampir semua orang memandang kelahiran seorang tokoh agung sebagai peristiwa biologis dan historis semata. Karenanya, peringatan hari kelahirannya pun bersifat hostoris. Tapi bagi sedikit orang kelahiran Muhammad, Jesus, Ali bin Abitalib, Al-Husain dan tokoh-tokoh besar lainnya juga berarti kelahiran eksistensial.
Kelahiran mereka bukanlah hanya peristiwa biologis dan antroplogis yang tercatat di atas prasasti sejarah pribadi besar yang punya saham dalam pembangunan peradaban dalam hidupnya, namun karena kedudukan ontologis dan teologisnya sebagai representasi entitas sublim yang transenden, kelahiran mereka perlu dipandang sebagai peristiwa ideologis.
Perspektif kelahiran eksistensial juga menyoroti pentingnya individu dalam menentukan arti dan makna dalam hidupnya. Kelahirannya dapat dipahami sebagai awal dari eksistensi yang mengubah arah sejarah dan memberikan inspirasi serta pengaruh yang mendalam bagi umat manusia, terutama para pengiman kedudukan ideologisnya. Dalam konteks ini, kelahiran mereka menjadi simbol dari kehadiran makna eksistensial yang melampaui batas waktu dan ruang, menciptakan ikatan yang kuat antara individu dan kesadaran kolektif manusia. Al-Husain juga Assajjad yang merupakan transformasi antropologisnya dalam horison peradaban kesucian ini lebih luas dan besar dari sosok historikal yang berbatas kesyahidan. Karena itulah, Ahlulbait ditegaskan sebagai gugus arnada yang mengevakuasi manusia dari gelombang kepongahan dan kehendak hewani.
Dengan kata lain, karena kelahiran biologis juga historis dialami oleh semua orang bukanlah peristiwa istimewa dengan sendirinya , maka keistimewaan dan keagungannya ditentukan dari tahap kedua setelah kelahirannya, yaitu aktivitas dan karyanya selaras dengan kualitas perjuangan dan kuantitas risikonya. Meski demikian, potret utuh setiap orang, apalagi Nabi, Ali dan Al-Husain dan Assajad tak cukup hanya dengan "dari" atau kelahiran dan dengan "di" alias proses aktivitasnya, namun juga tahap "ke" yang merupakan fase ketiga.
Atas dasar itu, makna kelahiran tokoh suci perlu diekspansi agar meliputi bagian kedua dan terakhir atau episode kehidupan historisnya. Bila hal itu dilakukan, maka alasan paling relevan memperingati kelahiran Imam Husain adalah menggali dimensi eksistensial dan transendentalntal yang justru karena kelahiran dan aktivitasnya seluruh fase kehidupannya dikenang dan dieksplorasi.
http://t.me/ArsipChannel_Tulisan_ML