Persepsi setiap orang tentang realitas mempengaruhi sikap, pola prilaku dan pandangan-pandangannya.
Salah satu realitas sublim adalah diri. Ia adalah subjek sekaligus objek. Ia tak pernah bisa diinderakan, bahkan, menurut sebagian, tak pernah bisa dibayangkan dan dipikirkan, karena ia adalah sumber pikiran dan subjek pemikir. Andai ada makhluk yang paling mirip dengan Tuhan, itulah “diri”, karena ia adalah manifes dari Diri Utama atau Roh Absolut -meminjam istilah Hegel.
Makhluk ajaib ini mampu memotret ribuan objek dinamis berupa satu benda tanpa henti dalam sedetik. Setiap data yang dicerapnya diinput dalam slot-slot rapi dengan akselerasi ekstra cepat.
Salah satu keajaibannya adalah kemampuannya mengubah dirinya sendiro secara evolusioner. Kemampuan diri untuk berubah adalah bukti bahwa diri adalah “urusan Tuhan”.
“Tuhanpun tak ingin mengubah dirimu bila kau tak mengubahnya. “Sesungguhnya Allah tak akan sebuah kelompok hingga mereka mengubah diri mereka sendiri.” (QS Al-Ra’d: 13: 11).
Berubah adalah gerak. Kehendak adalah sumbernya. Nalar adalah pengarahnya. Norma adalah pembatasnya. Raga adalah sarananya.
Diri anda dan saya pada satu detik lalu bukanlah diri detik ini. Kesalahan dan kebaikan anda kemarin dilakukan oleh diri anda kemarin.
Kehendak yang baik adalah keputusan nalar untuk menyempurnakan diri. Itulah kehendak Tuhan.
Kehendak buruk bukanlah gerak. Buruk adalah negatif. Meski terlihat bergerak, negativitas secara eksistensial adalah pasivitas dan nihilitas.
Hari ini tidaklah sama dengan hari kemarin dan pasti berbeda dengan hari besok, karena setiap yang lebih dari satu pastilah berbeda.
Peristiwa-peristiwa pedih beberapa tahun atau semenit lalu adalah sejarah di belakang diri anda yang lalu. Saat ini dan besok anda adalah diri edisi baru.
Karena tak ada waktu yang terulang dan karena setiap peristiwa adalah realitas baru, dan karena diri selalu membaru, tak perlu merasa tersandera oleh trauma peristiwa masalalu.
“Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.” (QS. Al-Hasyr: 59: 18).
Never look back!