"DITUDUH" SYIAH

"DITUDUH" SYIAH
Photo by Unsplash.com

"DITUDUH" SYIAH

Sejak dulu mereka gemas dengan sikap toleran beberapa tokoh intelektual, ulama besar dan gagal menemukan setitik alasan untuk memojokkan mereka. Karena tidak menemukan secuil alasan membasmi popularitas tokoh-tokoh toleran, ditempuhlah beberapa modus operandi, Salah satunya adalah fitnah.

[ads1]

Modus pertama: pemutarbalikan fakta.

Meski selalu sasaran pembunuhan, Syi’ah ditampilkan sebagai pelaku via ceramah-ceramah, situs-situs wahabi dan video-video gratis.

Disinformasi ini intensif dengan kedok tabligh meski yang datang drop-dropan, bedah buku acak-acakan dan sebagainya oleh kawanan yang mengaku intelektual dan ulama.

Akibatnya, Syi’ah jadi stigma negatif bagi siapapun yang dikenal / dianggap Syi’ah dan berdampak terhadap kehidupan ekonominya juga lainnya.

Modus kedua: Penyesatan.

Syi’ah digambarkan melalui provokasi vulgar sebagai kumpulan ajaran-ajaran ngawur orang-orang yang berencana masuk neraka.

Karena penyesatan ini dilakukan berupa penghakiman in absentia dalam mesjid dan mushala-mushala dan situs-situsnya, sebagian masyarakat terpengaruh.

Lalu beredarlah “Syi’ah sesat” di tengah masyarakat. Selanjutnya intoleransi dan anti kebhinekaan dianggap bukti relijiusitas.

Setelah disesatkan, berikutnya Syi’ah dikafirkan. Pengkafiran penambahan volume dan bobot fitnah dari modus penyesatan sebelumnya.

Modus ketiga: Adalah dengan tujuan utama pemusnahan, intimidasi dan diskriminasi.

Orang yang dicap kafir dipandang lebih hina dari tikus got.

Tikus adalah makhluk yang paling teraniaya di Jakarta. Jalan-jalan jadi galeri sadisme. Roda-roda melumatnya tanpa setitik iba padahal ia diciptakan untuk hidup.

Dilukiskan sebagai pelaku kejahatan di Suriah >> disesatkan >> dikafirkan >> halal dianggap tikus got. Sampang adalah buktinya.

Sasaran berikutnya adalah orang-orang non Syi’ah yang tidak menganggap Syi’ah sebagai sesat, kafir, atau bahkan yang kurang lantang membencinya.

Karena menolak ajakan menuduh seseorang sebagai maling, diapun dituduh maling. Inilah represi intelektual dan pelanggaran HAM.

[ads1]

Supaya pengkafir-pengkafir itu leluasa mengais pahala dengan melakukan apa saja orang-orang “kafir” itu, siapapun yang iba dianggap sesat lalu kafir.

Memberikan stigma Syi’ah kepada tokoh-tokoh toleran bertujuan masyarakat yang dikira termakan hate speech berkedok tabligh menyesatkannya.

Disyi’ahkan supaya rating turun. Sambil menanti itu, mereka distribusikan misionaris-misionaris menggempur ulama toleran dengan stigma Syi’ah untuk take over.

Bila tokoh-tokoh pendukung toleransi disyi’ahkan, yang tersisa hanya 2; yang dikafirkan dan mengkafirkan. Setelah itu, yang ada yang mengkafirkan.

Cap “Syi’ah” bukan tuduhan, justru atribut berkelas karena identik dengan peradaban Islam yang dibangun diatas filsafat, tasawuf, teks dan lain sebagainya.

Sebagian malah santai disesatkan dan bugar dikafirkan. Kalau kami tidak disesatkan wahabi, kita jadi sama dengan mereka donk!” seloroh mereka.

Meski Syi’ah adalah atribut mulia bagi penganutnya, kata ini di”PKI”kan dan efektif jada alat peras dan palu godam pembunuhan karakter.

[ads1]

Cap Syi’ah bukan tuduhan, justru atribut berkelas karena identik dengan peradaban Islam yang dibangun di atas filsafat, tasawuf, teks dan lain sebagainya.

Dengan modus-modus itu, genosida bisa dilakukan dalam tempo sesingkat-singkatnya karena suara Quraish Sihab, Said Agil Siraj, Dien Samsudin, dan lain sebagainya dibungkam dengan cap Syi’ah.

Dulu mereka sebarkan foto-foto video korban teror dengan menuduh Syi’ah pelakunya. Kini setelah terungkap siapa pelakunya, mereka bilang itu jihad dan seruan khalifah. :))

Read more