DOSA DAN PROSEDUR PENGHAPUSANNYA

DOSA DAN PROSEDUR PENGHAPUSANNYA
Photo by Unsplash.com

Seseorang yang tinggal di luar negeri mengirimkan voice pertanyaan (dengan redaksi yang disesuaikan) sebagai berikut :

"Assalamu alaikum. Semoga Bapak sehat dalam lindungan Allah.

Seorang teman bilang bila seseorang berbuat dosa lalu beraubat kemudian melakukannya lagi dan bertaubat lagi sebaiknya melakukan dosa secara konsisten tanpa bertaubat karena mengulangi perbuatan dosa dan taubat terus menerus adalah mengejek Tuhan dan karena Tuhan takkan mengampuninya. Benarkah?

Benarkah semua amal baik seperti shalat tidak berguna bila selalu mengulang sebuah dosa?

Setelah menyimak suara pertanyaan tersebut dan merenung beberapa saat, saya berusaha menjawabnya melalui voice note pula. Namun karena jawaban tersebut spontan dan kurang komplit, saya sempurnakan via tulisan ini.

Pertama, anjuran melanjutkan perbuatan dosa yang diulang dan tak bertaubat serta saran mengabaikan taubat karena akan mengulanginya jelaslah salah bahkan ceroboh karena terkesan membatasi hak Allah. Selalu bertaubat setiap kali mengulang dosa lebih baik daripada melalukan dosa tanpa beban pengakuan dosa. Kesadaran inilah yang akan mendorongnya untuk menghentikan perbuatan buruk.

Kedua, anggapan pengulangan taubat atas dosa yang diulang sebagai tak terampuni jelaslah salah, karena Tuhan telah berjanji mengampuni semua dosa kecuali syirik. Peluang penghapusan dosa dan perolehan pahala selalu terbuka bagi setiap hamba. Justru berputus asa dan menganggap dosa-dosa tak mungkin dihapus dengan taubat adalah prasangka buruk kepada Allah.

Ketiga, sebuah atau beberapa perbuatan dosa yang diharamkan tidak menggugurkan kewajiban melaksanakan shalat dan perbuatan baik lainnya, karena setiap perbuatan baik dan buruk akan dihitung dan dibalas sebagaimana janji Allah.

Keempat, Tuhan memang menganjurkan hambaNya yang melakukan perbuatan dosa bertaubat dengan tak mengulanginya. Namun Dia tetap memberi banyak kesempatan untuk bertaubat atas setiap perbuatan dosa bahkan yang diulanginya hingga hembusan napas terakhirnya.

Kelima, mengulangi perbuatan dosa yang selalu dilanjutkan dengan bertaubat memang terkesan mengejek Tuhan dan hal itu menggandakan dosa, namun bila pelaku perbuatan dosa tak bermaksud mengejek Tuhan dengan mengulang taubat maka dia tak dianggap mengejek Tuhan.

Keenam, mengucapkan kalimat taubat tak berarti bertaubat. Banyak orang mengucapkan kata taubat namun tak bertaubat sehingga tak dapat mengulang taubat atas perbuatan dosa yang diulangnya.

Ketujuh, karena kategori dan level serta bobot setiap perbuatan dosa berbeda seperti kategori dosa vertikal dan dosa horisontal serta dosa multi dimensi juga dosa sangat besar, besar dan kecil, maka metode dan prosedur serta syarat-syarat taubatnya pun tak selalu sama. Taubat atas dosa vertikal hanya perlu penyelesaian vertikal dengan Tuhan seperti tak melakukan shalat wajib. Sedangkan taubat atas dosa horisontal memerlukan penyelesaian vertikal dengan memohon ampun kepada Tuhan sekaligus diserta penyelesaian horisontal dengan meminta maaf kepada orang yang menjadi korbannya seperti menghina dan mencuri serta mengganggu sesama hamba.

Kedelapan, dosa vertikal bisa dihapus dengan a) taubat, yaitu keputusan hati menghentikan perbuatan negatif yang didasarkan pada penyesalan, b) permohonan ampunan (istighfar), c) perbuatan baik, d) doa orang lain.

Kesembilan, taubat berbeda dengan istighfar atau permohonan ampunan. Ciri taubat adalah a) Taubat dari perbuatan negatif yang besar menghapus secara otomatis perbuatan negatif kecil, b) taubat tidak mesti dilakukan dengan pengucapan kata permohonan ampun, c) taubat (pengakuan dengan penyesalan) dipastikan diterima. Sedangkan istighfar (permohonan ampun tanpa penyesalan) tidak dipastikan diterima.

Kesepuluh, janji Allah mengampuni semua dosa kecuali syirik berarti a) semua dosa vertikal diampuni oleh Allah tanpa taubat kecuali syirik; b) orang-orang tertentu bila memenuhi syarat-syarat tertentu dapat diampuni atas dosa-dosanya tanpa permohonan ampun kepada Allah; c) Iman dan cinta kepada Nabi bersama Ahlulbaitnya adalah syarat utama penghapusan dosa vertikal tanpa taubat melalui syafaat (kecuali syirik, tentuny); d) dosa syirik hanya diampuni oleh Allah dengan taubat yang serius dan tulus; e) dosa horisontal bisa ditampuni oleh Allah tanpa taubat bila dimaafkan oleh korban atau setelah menyerahkan hak orang yang diambilnya atau diabaikannya; f) dosa horisontal tak bisa dihapus dengan memohon ampun kepada Allah kecuali setelah memohon maaf dan pengembalian hak korban atau setelah menjalani sanksi yang dituntut korban; g) tak ada indaktor pasti tentang diterimanya taubat seseorang atas dosa vertikalnya kecuali melalui perubahan positif dalam prilaku dan ibadah.

Read more