Skip to main content

EFEK BERANTAI PERBUATAN

By September 6, 2016No Comments

Terdapat dua hukum bagi manusia di dunia ini yakni; hukum kemakhlukan dan hukum kehambaan. Sebagai makhluk, manusia juga makhluk lainnya harus tunduk pada hukum alam yang disebut hukum takwini. Hukum kedua adalah hukum kehambaan. Manusia juga harus mematuhi hukum kehambaan ini yang berupa logika, etika dan agama dimana akal adalah sumbernya.

Banyak orang mengkaitkan kesalehan dengan kepatuhan kepada hukum kehambaan yang vertikal seraya mengabaikan/menafikan hukum kemakhlukan. Kebanyakan kaum Muslim mungkin bisa dianggap mematuhi hukum kehambaan seperti shalat, puasa dan sebagainya kemudian mereka dianggap “saleh”. Sedangkan kaum sekuler terutama para aktifis lingkungan mungkin terlihat lebih mematuhi hukum kemakhlukan dibanding kaum relijius. Bencana alam seperti banjir bukanlah akibat dari pelanggaran hukum kehambaan melainkan akibat dari hukum kemakhlukan. Itulah dosa horisontal, kezaliman natural.

Mukmin seharusnya tidak hanya saleh dalam kehambaan tetapi juga saleh dalam kemakhlukan. Kesalehan teologis haruslah seimbang dengan kesalehan kosmologis. Membuang bangkai tikus di jalan, membuang sampah di tempat umum, parkir mobil di trotoar adalah contoh kezaliman horizontal. Kezaliman horisontal bisa berganda bila area efeknya sangat luas dan mengganggu banyak objek: mineral, tetumbuhan, hewan dan sebagainya.

Misalnya seseorang memarkir mobil di trotoar karena ingin mengambil uang di ATM. Juki, orang miskin yang kebetulan melintas di atas trotoar tersebut terpaksa harus turun ke jalan aspal karena terhalang dan malangnya tertabrak , gegar otak dan pingsan. Juki kemudian diangkut ke Rumah Sakit dan hanya diberi obat penghilang rasa sakit. Ia pulang, pendarahan dan akhirnya wafat. Sementara orang yang tadi memarkir mobilnya di trotoar usai memgambil uang di ATM kembali dan sambil lalu melihat seseorang (Juki) dibopong ke angkot lalu masuk ke mobilnya dan jalan begitu saja. Pemarkir itu mengira dia cuma melakukan pelanggaran sepele padahal dialah penyebab kematian tersebut, dialah penyebab seorang wanita menjanda dan anak-anak menjadi yatim.

Kadangkala ketika kita hanya menarik ujung bibir, orang lain menjadi optimis dan memperoleh semangat hidup baru. Sebaliknya, kadang dengan hanya memonyongkan bibir, petaka menimpa. Kadang dengan hanya menyusun beberapa huruf/reply serampangan, hati orang lain terluka. Kadang juga dengan me-retweet, kesadaran dan toleransi menyebar. Begitupula dengan sebuah penyataan berisikan fatwa penyesatan terhadap sebuah kelompok berpotensi menimbulkan kejahatan massal karena pantulan efeknya. Kelak di Hari Audit nanti dakwaan-dakwaan kejutan atas pembunuhan dan perusakan bisa ditujukan kapada orang-orang yang mengabaikan butterfly effect.