ELEKTABILITAS DALAM DEMOKRASI COMPANG CAMPING

ELEKTABILITAS DALAM DEMOKRASI COMPANG CAMPING
Photo by Unsplash.com

Mestinya disaring dulu berdasarkan kompetensi, akuntabilitas dan rekam jejak kemudian dipersilakan berpartisipasi dalam kontestasi demi meraih prosentase elektabilitas dan akseptabilitas. Tanpa proses itu, bromocorah pun bisa meraih elektabilitas tinggi bila didukung tim penyebar opini dan dana besar, dan individu yang kapabel, kompeten serta kredibel bisa dipastikan tercampakkan bila tak punya bohir dan enggan berakting demi pencitraan.

Salah satu titik lemah demokrasi tanpa batas adalah menjadikan elektabilitas dan akseptabilitas sebagai dasar utama bahkan tunggal legitimasi dalam penentuan wakil rakyat dan pengelola negara.

Karena itu demokrasi perlu dibatasi dengan norma-norma moral, kultur, etika dan asas kompetensi agar setiap undang-undang yang disahkan dalam permusyawaratan mengandung hikmah/kebijaksanaan sebagaimana ditetapkan dalam Pancasila.

Akibat mengutamakan elektabilitas dan popularitas atas kredibilitas dan akuntabilitas, tak mengherankan bila sebagian produk undang-undang dianggap tidak memihak kepentingan lapisan terbesar rakyat.

Dalam demokrasi compang camping seorang komedian atau preman terkenuka bahkan pernah tersangkut kasus narkoba bisa mengalahkan tanpa susah payah seorang tokoh yang punya rekam jejak sebagai pakar hukum, akademisi terkenal, saintis berijazah luar negeri, cendekiawan moderat, bankir kelas atas, aktivis anti diskriminasi, pengusaha sukses dan politisi vokal.

Read more