Dalam perspektif Islam, terdapat sejumlah angka istimewa pilihan Tuhan. Selain 1, 5 , 12, dan 7, angka 40 juga termasuk yang diistimewakannya-Nya dalam banyak hal. Keistimewaan itu dibuktikan oleh banyaknya teks suci yang menyinggung masalah ini. Dalam literatur tradisional keislaman pun, keistimewaan angka itu juga maktub dalam teks-teks klasik ulama arus utama, termasuk kalangan mistikus (sufi atau arif).
Angka 40 dalam al-Quran
Dalam al-Quran, terdapat banyak perkara yang berkaitan dengan angka 40. Mulai dari fase kehidupan mahluk, hingga perkara pemberian wahyu dari Allah kepada para nabi
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. (QS. al-Baqarah: 51)
(Allah) berfirman, “(Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” (QS al-Maidah: 26)
Selain itu, al-Quran juga menetapkan batas pamuncak kedewasaan mental manusia di usia 40 tahun: … hingga ketika ia mencapai kedewasaannya dan mencapai usia 40 tahun, ia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku kemudahan jika ia bersyukur atas nikmat-Mu.”
Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) 30 malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya 40 malam. (QS. al-A’raf: 142)
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). (QS. al-Ahqaf: 15)
Angka 40 dalam Hadis
Keistimewaan angka 40 juga telah diriwayatkan dalam hadis. Berikut keistimewaan angka 40 yang disarikan dari berbagai sumber:
- Manusia diciptakan dalam tiga fase, yaitu fase nutfah selama 40 hari, fase alaqah selama 40 hari, dan fase mudghah selama 40 hari. Setelah itu, Allah memerintahkan malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya.
- Nabi Muhammad saw diangkat sebagai Rasul pada usia 40 tahun. Sebelum menerima wahyu pertamanya, beliau terlebih dahulu memfokuskan diri dan bertafakur di Gua Hira.
- Sesiapa yang melakukan shalat berjamaah selama 40 hari berturut-turut dan tidak pernah meninggalkan takbiratul ihram (tak melupakan shalat), niscaya Allah akan menjaminkan baginya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari neraka dan kebebasan dari nifaq.
- Sesiapa yang bertahajud selama 40 malam berturut-turut, maka akan memiliki keutamaan luar biasa, doanya mustajab, dan segala kebutuhannya dimudahkan.
- bila seorang muslim mencapai usia 40 tahun , Allah akan meringankan hisabnya, bila mencapai 60 tahun akan diberikan kemampuan bertaubat, dan bila mencapai 70 tahun, penduduk langit akan mencintainya.
- Ketika seorang mukmin meninggal dunia dan pemakamannya dihadiri oleh empat puluh orang mukmin, mereka berkata, “Ya Allah, kami tidak mengetahui apa pun tentangnya kecuali kebaikan, dan Engkau lebih mengetahuinya daripada kami.” Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi berfirman, “Kesaksianmu dapat diterima dan Aku memaafkannya apa yang Aku ketahui tentang apa yang tidak kamu ketahui.” (Imam Ja’far Shadiq)
- Sesiapa yang mengajukan 40 (nama) orang beriman dalam doanya kemudian berdoa untuk diri sendiri, akan dikabulkan. (Imam Ja’far Shadiq)
Angka 40 dalam Liiteratur Ulama
Angka 40 menginspirasi sejumlah ulama Sunni maupun Syiah untuk mengkompilasi 40 hadis. Al-Nawawi mengoleksi senarai 40 hadis dalam al-Arbaun. Imam Khomeni menghimpun bunga rampai 40 hadis tentang hati dalam al-Arbain Haditsan atau Cehl Hadis.
Ziarah 40 Hari Imam Husain
Angka 40 juga sangat termasyhur sebagai durasi kedukaan atas kesyahidan Imam Husain di Karbala pada 61 H. Disebutkan bahwa Imam Ali Sajjad menangisi ayahandanya selama 40 tahun seraya berpuasa di siang harinya dan bermunajat di malam harinya.
Selain itu, dari berbagai informasi yang diperoleh, Imam Sajjad selalu mengulang-ulang ucapan “Putra Nabi dibunuh saat kelaparan. Al-Husain dibantai saat kehausan.”
Dari riwayat lain, diinformasikan bahwa Imam Hasan Askari berkata, “Tanda-tanda seorang mukmin ada lima: a) Shalat 51 rakaat dalam sehari; b) berziarah Arbain; c) memakai cincin di jari kanan; d) melumuri dahi dengan tanah (bersujud di atas tanah);; dan mengucapkan basmalah dengan suara luar.”
Dalam kaitan ini, sejarah mencatat bahwa kepala para syuhada Tuff dikembalikan ke Karbala pada hari ke-40. Sejak itu pula, ziarah Arbain (40 hari sejak peristiiwa 10 Muharam hingga 20 safar) menjadi ritus dan momen ikrar kesetiaan kepada Ahlulbait. Perintis tradisi agung ini adalah sahabat mulia, Jabir bin Abdullah al-Ansari.
Ritual ini semula diikhtiarkan para ulama selama berabad-abad sejak masa pemerintahan Safawi hingga seterusnya. Di antara ulama itu terdapat Syaikh Murtadha al-Ansari, Syaikh Kazhim al-Khorasani, Syaikh Nuri, dan lainnya. Seluruh ulama itu kerap mengunjungi Karbala suci bersama para kolega dan murid-muridnya dengan berjalan kaki.
Di era modern, tradisi ziarah Arbain dengan berjalan kaki dari Najaf ke Karbala dipopulerkan ratusan warga Irak di masa Ayatullah Uzhma Sayyid Mahmud al-Hussaini al-Syahroudi. Sebelum tanggal 20 Safar, mereka berkonvoi dengan cara berjalan kaki menuju Karbala.