Skip to main content

ETAPE-ETAPE KESADARAN.

Shalat bukan menghadap Allah, tapi (membangun kesadaran untuk) hadir dalam realitasNya. (Imam Khomeini)

Realitas yang kita alami dan hadapi adalah penampakan-penampakan berlapis dari Realitas Sejati.

Setiap lapis realitas yang kita alami adalah penampakan yang lebih bercahaya dari lapis sebelumnya.

Setiap jiwa menganggap penampakan yang dialaminya sebagai Realitas, padahal ia adalah penampakan bagi penampakan di atasnya.

Setiap pelintas mengalami peristiwa kebertuhanan sesuai level kesadaran eksistensialnya.

Pengalaman kebertuhanan adalah peristiwa misterius, meski gejala-gejalanya bisa dikenali.

Pada salah satu etape, semua premis gugur. Jiwa mengalami kebugilan diskursif. Ia melenggang ringan tanpa dosa.

Pada etape tertentu, kebodohan adalah keterbebasan dari jejaring ke-apa-an. Ia menyederhana.

Saat itu kontradiksi tak berlaku. Pengetahuan dan logika tak lebih dari citra-citra berderet di atas kanvas palsu.

Sejatinya, agnotisitas adalah prestasi dan cermin akselarasi tinggi pelintas dalam rute kebertuhanan.

Dalam emanasi ini, para penyembah Tuhan-aksara di lapis terbawah sedang mengitari ‘mawa gulita’.

Baca juga:

Antara Shalat dan Puasa

Toleransi Imam Khomeini Terhadap Umat Nasrani