ETAPE-ETAPE PENYEMPURNAAN DIRI
Tak ada sesuatu yang sejati satu dalam kehidupan manusia. Karena itu, yang terlihat satu dalam prinsip ketuhanan, ternyata beragam dalam pilihan agama. Yang terlihat satu dalam prinsip agama, ternyata beragam dalam prinsiip mazhab. Yang terlihat satu dalam prinsip mazhab terbukti beragam dalam metode interpretasi. Yang terlihat satu dalam metode interpretasi beragam dalam metode implementasi. Yang terlihat satu dalam metode implementasi beragam dalam identifikasi prioritas implementasi dan kontekstualisasi.
Berikut deskripsinya :
Ada yang melihat ajaran ini sebagai narasi masa lalu yang hanya perlu diingat dan diratapi, dipuji dan diperdebatkan dengan pengikut lain tanpa kehendak mengikat diri dengan konsekuensi praktikalnya. Historisitas adalah fiokus utama mereka.
Ada yang memandang ajaran ini sebagai mazhab semata seraya sibuk membandingkan dan mempolemikkan isu-isu kontroversial dengan penganut mazhab lain bahkan menanggapi fitnah-fitnah yang sengaja diulang-ulang demi provokasi tanpa memedulikan implikasi sosialnya terhadap keutuhan umat dan posisi komunitas penganutnya. Polemik dan sektarianisme adalah fokus utamanya.
Ada pula yang memandang ajaran ini sebagsi sebuah konsep teologi yang utuh seraya berusaha mempraktikkan segala turunannya secara praktikal dalam hukum vertikal dan horizontal. Ritualitas adalah substansi tunggal taklif. Kelompok ini bergradasi sesuai kualitas keterikatan setiap individu.
Ada yang melihat ajaran sebagai ideologi transenden sekaligus imanen yang dipilih dengan kesadaran penuh akan konsekuensi dan risikonya dengan menerapkan doktrin kepatuhan (tawalli) dan spirit muqawamah (tabarri) dalam kerja kolektif, integral dan terorganisasi. Kontekstualitas merupakan elemen penting dalam aktualisasi ajaran suci bagi kelompok ini dengan gradasi kualitas setiap individu.
Tugas menyempurnakan diri tak berhenti pada satu etape prinsip tapi berlanjut hingga puncak. Setiap individu harus mempertangungjawabkan semua pandangan, sikap dan tindakannya.