Kebahagiaan kadang terlihat tak menyenangkan.
Kebahagiaan (سعادة) sering dipahami sebagai produk kesuksesan meraih sesuatu yang menyenangkan dan menguntungkan.
Secara populer, ia diidentikkan dengan sesuatu yang menyenangkan & menguntungkan. Karena itu ia dianggap bertentangan dengan segala kehilangan.
Karena itu, dicarilah sesuatu yang menyenangkan. Bila dapat, bahagia. Ini disebut sukses. Bila tak dapat, sedih. Ini dianggap gagal.
Ia adalah respon akal terhadap gambar-gambar yang tercerap melalui korespodensi subjek dengan objek atau kesadaran diri tentang kesempurnaan.
Ia adalah peristiwa diri setelah terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasariyah setiap entitas sesuai karakteristik jiwanya.
Kebahagiaan tidak hanya dialami manusia, namun juga dirasakan oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan bahkan, menurut sebagian filsuf, dialami mineral.
Kebahagiaan tumbuh-tumbuhan adalah peristiwa terpenuhinya kebutuhan nabati, yaitu tumbuh, mekar, berbunga, berbuah, menjulang dan sebagainya.
Makan, minum, menghirup oksigen, menyerap sinar surya dan sebagainya adalah kebutuhan-kebutuhan nabati. Karena itu insan tak layak bangga hanya karena pertumbuhan fisiknya.
Bunga yang tak halang untuk mekar, daun yang bisa membentang, pohon yang berhasil menjulang mengalami perfeksi. Itulah kebahagiaan (nabati)-nya.
Kebutuhan-kebutuhan hewani adalah perbuatan-perbuatan yang dikehendaki setiap jiwa hewani, seperti bertahan hidup, reproduksi, menyukai, dan sebagainya.
Manusia adalah substansi benda atomik, mineral yang tumbuh, berkehendak dan berakal budi. Ia punya multi level kebahagiaan.
punya kebahagiaan nabati saat tumbuh, kebahagiaan hewani saat bersensasi dan berhasrat & kebahagiaan insani saat mengetahui.
Manusia punya kebahagiaan nabati saat tumbuh, kebahagiaan hewani saat bersensasi dan berhasrat & kebahagiaan insani saat mengetahui.
Bila manusia hanya memaknai kebahagiaannya (kesempurnaannya) pada kebendaannya, ia mengalami degradasi ke level sebelum tumbuhan.
Manusia yang hanya memaknai kebahagian (kesempurnaan) pada pertumbuhan fisiknya, menukik levelnya ke ground tumbuh-tumbuh
Manusia yang hanya memaknai kebahagiaan (kesempurnaannya) sebagai terpenuhinya kebutuhan hewani mengalami degradasi ke level hewan.
Saat menyadari kmanusiaannya sebagai jiwa yang menyempurna dari jiwa nabati & hewani, ia memaknai kebahagiaan sebagai kebahagiaan rasional.
Kebahagiaan insani adalah terpenuhinya kebutuhan intelektual. Tersingkapnya realitas adalah kebahagiaannya. Kesadarannya adalah kesempurnaanya.
Kebahagiaan sejati bagi manusia yang menyadari eksistensi tidak bergantung pada kebendaan, relativitas juga atribut-atribut & imagi-imagi di luar jiwanya.
Manusia dengan kesadaran eksistensi tak perlu motivasi siapapun untuk bahagia. Ia mandiri. Ia mengalami perfeksi dan transendensi.
Makin banyak realitas yang tersingkap, makin tinggi kesadar Peringkat eksistensi setiap manusia ditentukan oleh kesadarannya.
Ia bahagia secara intelektual meski melawan atau membatasi kebahagiaan hewani dan nabati. Kebahagiaannya bukan capaian tapi kesadaran.
Dengan intelek (akal)nya yang menyingkap realitas, dia punya semua alasan untuk bahagia, mandiri, tenang, kuat, sehat dan sukses (secara insani).