Sejarah AB di Jakarta bermula dari simpul-simpul gerakan mahasiswa di UI, Jayabaya dan lainnya. Di antara mereka ada seseorang yang sampai sekarang masih rajin mengikuti acara-acara taklim.
Dia kalah secara duniawi saat teman-temannya melenggang dan menenggak kesuksesan. Orangnya santai. Wajahnya tak pernah cemberut meski guratan di sekitar dahi, kelopak mata dan wajahnya menjadi sketsa kesedihan dan kesulitan yang beragam.
Semalam aku menegurnya dan menanyakan keadaannya. Kini di tengah upayanya untuk bertahan hidup dan mencari nafkah yang halal untuk anak-anak dan keluarganya, ia disambar petir kehidupan. Sebuah surat Pengadilan Agama berisikan gugatan cerai dari istrinya menghampirinya. .Lelaki yang sudah tidak muda lagi itu kehilangan humor dan tawanya.Ia akan kehilangan anak-anaknya, Brujerdi, Mahdi dan seorag putri remaja.
Benar-benar menyesakkan dada. Aku sangat sedih. Semga Allah melalui hamba-hambaNya membantu meringankan beban di pundaknya…