GAGAL MEMBACA, SUKSES MENGKRITIK

GAGAL MEMBACA, SUKSES MENGKRITIK
Photo by Unsplash.com

Sebagai salah satu aktivitas literasi, "membaca" punya makna; makna primer, yaitu membaca tanda-tanda yang telah ditetapkan dan disepakati sebagai kata yang menunjuk fakta tertentu; dan makna sekunder, yaitu mengamati dan mengalisa sebuah fenomena untuk disimpulkan.

Membaca adalah melakukan aksi sensual dan mental dengan mengabstraksi teks-teks terangkai menjadi makna-makna terangkai lalu memindahkannya ke slot-slot akal. Karena itu, mendengar dan menonton lebih disuka. Dengan kata lain, membaca adalah aksi menangkap pikiran melalui huruf-huruf dan tanda baca sebagai objek bacaan berupa buku, artikel, yang tertata dalam sejumlah paragraf yang memuat alinea-alinea.

Membaca adalah salah satu pekerjaan berat yang menguras energi dan stamina melebihi aksi fisikal, apalagi yang dibaca adalah sederet tulisan sistematis dan panjang yang memuat gagasan serius, baru dan fundamental. Karena itu banyak orang yang malas berpikir keras mengganti standar penerimaan gagasan melalui tulisan dengan "penulis". Kualitas konten tulisan dan validitas gagasan yang tertuang di dalamnya diganti dengan kesamaan mindset dan kesamaan ikatan primordial dengan pembaca malas. Karenanya, sebernar apapun sebuah tulisan tidak akan dibaca apalagi dishare bila penulisnya berbeda keyakinan dan pandamgan dengan calon pembaca, atau tidak dikenal luas dan tidak dishare dan dibincangkan oleh khalayak mainstream meski tak mengikuti standar baku penulisan, meski kontennya invalid, sepele, tak edukatif, basi, bahkan hoax.

Subjek penbaca adalah manusia yang berusaha menangkap dan memahami pikiran penulis melalui teks-teks yang disusun dalam sebuah bacaan (tulisan). Ia berhadapan dan berkorespondensi dengan orang lain melalui tulisan yang merupakan bacaannya. Tapi tak semua mampu membaca, dan tak semua mampu membaca, membaca. Tak semua yang membaca, menangkap konten bacaan. Banyak atau sebagian besar manusia malas mengaktifkan akal untuk mengetahui yang belum diketahui, mengoreksi yang salah dan mengasersi yang benar.

Karena malas membaca dan lebih mengukur siapa penulisnya sebagai alasan menerima dan menyebarkannya atau mengabaikan, menolak bahkan membantah, tulisan orang yang dianggap sebagai "pihak lain" ditolak untuk dipahami secara utuh. Karena tidak memahaminya atau menolak memahaminya, memvonisnya salah. Karena keburu menganggapnya salah, menilainya dan memberikan tanggapan tak relevan atau komentar tak sebanding dengan kualitas tulisan yang ditanggapinya.

Karena malas membaca secara tekun dengan fokus maksimal, tulisan yang mengulang tema yang telah diketahui atau yang sesuai keyakinan, selaras dengan kecenderungan diri apalagi menghibur lebih digemari dan dianggap perlu untuk disebarkan.

Objek yang dibaca terbagi dua, yaitu a) objek primer atau langsung, yaitu huruf-huruf (kalimat) yang ditetapkan sebagai simbol-simbol pengunggap pikiran penulis yang disebut tulisan; b) objektif sekunder atau berperantara, yaitu pikiran-pikran yang diungkap oleh pemikir dengan aneka simbol huruf, angka dan tanda baca dalam sebuah tulisan. Objeknya adalah bacaan.

Bacaan adalah produk pembacaan yang berpasangan dengan tulisan yang merupakan produk penulisan. Apakah bacaan terikat dengan pembaca semata ataukah terikat dengan penulis pula sehingga pembaca tidak bebas sepenuhnya menafsirkan apa yang dibacanya namun harus menyesuaikan pemahamannya dengan gagasan penulis di balik tulisannya?

Karena lemahnya mekanisme analisa logika yang mengakibatkan rendahnya minat baca, ditambah sikap stereotipe, banyak orang gagal sebagai pembaca namun sukses sebagai penanggap, penilai, pengktitik, penyuka, distributor dan sebagian plagiator sebuah tulisan. Salah satu bencana besar yang menimbulkan efek destruktif umat manusia yang berujung polemik kontraproduktif adalah kerancuan membedakan denotasi dan konotasi, frasa baku dan satir juga kiasan dan sebagainya.

Wahyu Allah yang diturunkan atas Nabi SAW dan dihimpun dalam kitab suci disebut qur'an yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca juga disebut kitab yang berarti tulisan atau sesuatu yang ditulis. Ini mungkin menunjukkan bahwa mushaf tersebut harus dibaca sesuai maksud yang menulisnya dan tidak boleh ditafsirkan secara bebas.

Read more