Dalam kesendirian, seindah apapun kenangan kebersamaan terasa menyakitkan. Sejauh mata memandang, yang terlihat hanya garis-garis atap. Ternyata itu bukan garis-garis atap tapi derai di kelopak. Matanya kabur. Ada sekerat jiwa yang menggelepar sekarat dalam sepi…
Dia ingin rasa ini menguap, tapi itu sama dengan kematian spirit. Dia ingin beban itu lenyap, namun itu berarti memikul beban lain. Dia ingin keajaiban menghampirinya…
Dia ragu untuk memanggil dan meminta Tuhan mengasihani dirinya, meniupkan semilir kantuk agar berhenti sejenak berpikir dan mengirimkan asa tentang cinta. Dia lebih tahu tentang dirinya daripada dia sendiri!
Dia berusaha menyalahkan dirinya, karena tak mungkin menggugat Tuhan atas keputusan2Nya. Tak mungkin pula menuntut sesama makhluk memperhatikannya. Siapa dia? Dia hanya setitik kecil dalam altar eksistensi.