GENERALISASI ADALAH GENOSIDA OPINI
Meski cukup gigih menyikapi secara kritis pengistimewaan habib tanpa logika dalam banyak tulisan dan konsisten mengecam intoleransi yang disemburkan oleh sejumlah orang yang mengaku atau dikenal habib, saya tak setuju generalisasi stigma negatif terhadap habib.
Sudah jelas secara rasional dan empiris, garis keturunan alias gen memberikan sedikit pengaruh dalam hal-hal determinan seperti ciri fisik dan karakter. Namun kebaikan dan keburukan perilaku adalah produk keputusan subjek pelaku dari ras apapun dan cucu siapapun juga penyandang gelar sementereng apapun.
Biang dari semua kekacauan berpikir dan bertindak adalah generalisasi sesuatu yang pada dirinya bersifat personal atau partikular, temporal dan lokal.
Selain salah, generalisasi sangat mungkin memancing cemooh rasial dan ujaran kebencian, meski diawali dengan niat tulus mengajak masyarakat awam untuk bersikap rasional dan proporsional terhadap masalah ini.
Sebagian yang dikenal habib, kyai, ustadz, mubalig, dan penyandang gelar apapun yang dikaitkan dengan agama memang layak dihormati. "Kesebagianan" afirmatif ini menurut logika meniscayakan "kesebagianan" negatif.
Bagi saya, peluang eksploitasi dan penyalahgunaan gelar mulia demi tujuan mencari dominasi dan keuntungan finansial berlaku umum. Gelar kyai, ulama, ustadz, ajengan, mubalig dan semacamnya secara faktual telah dijadikan oleh sebagian individu culas sebagai sarana pembodohan dan penyebaran intoleransi.
Menolak perilaku buruk dengan sikap buruk membuka peluang kemungkinan hilangnya ketulusan. Lebih dari itu, implikasi negatinya bisa lebih besar dari fenomena negatif yang ditolak.
Kalau tak percaya semua habib adalah cucu Nabi, setidaknya sebagian dari mereka adalah cucu Nabi. Bila menganggap semua habib bukan cucu Nabi, setidaknya mereka adalah manusia. Kalau mencurigai semua habib itu buruk, carilah yang baik dari selain habib.